Pasukan pendudukan Israel melancarkan serangan udara pada Kamis pagi (19/12) ke wilayah timur Kota Rafah dan Khan Younis, di selatan Jalur Gaza. Serangan ini menyasar area-area yang masih menjadi titik penempatan militer Israel, menandai berlanjutnya eskalasi di tengah gencatan senjata yang rapuh.
Koresponden Al Jazeera melaporkan, tak lama berselang, pemboman udara kembali terjadi disertai tembakan dari helikopter tempur Israel ke kawasan timur Khan Younis. Dentuman serangan itu memecah pagi warga, di saat musim dingin yang keras terus menghimpit kehidupan sipil tanpa perlindungan memadai.
Rangkaian serangan tersebut mempertegas pelanggaran berulang terhadap perjanjian gencatan senjata. Israel terus menggempur lokasi-lokasi di dalam maupun di luar zona penempatan militernya, sementara bantuan kemanusiaan masih dibatasi—membuat dingin dan krisis kemanusiaan kian menggigit.
11 Warga Terluka di Kota Gaza
Sebelumnya, sumber layanan ambulans dan gawat darurat melaporkan 11 warga Palestina mengalami luka dengan tingkat berbeda akibat serangan pesawat nirawak Israel yang menargetkan sekelompok warga di Kota Gaza. Wilayah ini termasuk area yang telah ditinggalkan pasukan Israel berdasarkan kesepakatan gencatan senjata.
Sumber-sumber medis menyatakan seluruh korban telah dilarikan ke rumah sakit di Jalur Gaza. Saksi mata menyebut sebuah peluru artileri jatuh tepat di tengah kerumunan warga di kawasan Al-Samer, Kota Gaza—sebuah insiden yang kembali menimbulkan ketakutan di ruang sipil yang seharusnya aman.
Media Israel Channel 12, mengutip sumber militer, mengklaim tembakan tersebut berasal dari peluru artileri yang melenceng sekitar empat kilometer dari sasaran. Klaim ini disampaikan di tengah fakta bahwa area yang diserang termasuk dalam zona penarikan pasukan Israel pada tahap pertama perjanjian gencatan senjata dan pertukaran tahanan dengan Hamas, yang berlaku sejak 10 Oktober lalu.
Hingga kini, militer Israel masih menguasai sabuk selatan dan timur Jalur Gaza, serta sebagian luas wilayah Gaza Utara—sekitar 60 persen dari total wilayah—menjaga pendudukan tetap berlangsung meski ada kesepakatan penghentian tembakan.
Data resmi di Gaza mencatat, sejak gencatan senjata diberlakukan Oktober lalu, Israel telah melakukan ratusan pelanggaran, menewaskan 394 warga Palestina. Sementara itu, perang pemusnahan yang dimulai pada 8 Oktober 2023 dan berlangsung selama dua tahun telah merenggut lebih dari 70 ribu jiwa syahid dan melukai lebih dari 171 ribu orang, mayoritas anak-anak dan perempuan, serta meninggalkan kehancuran luas di seluruh Gaza.
Sumber: Al Jazeera, Anadolu










