Spirit of Aqsa– Malam itu, keluarga al-Jamal yang tinggal di lingkungan Shuja’iyya di timur Kota Gaza, Jalur Gaza utara menikmati waktu dengan tenang. Namun, saat fajar tiba, cahaya pagi mengisyaratkan bahaya ketika mesin perang Israel mulai merangsek ke wilayah mereka.

Pada pukul 10.00 pagi, Kamis (27/6/2024), tank dan kendaraan militer Israel dengan cepat menyerbu lingkungan tersebut, memanfaatkan elemen kejutan. Biasanya, serangan terjadi pada malam hari, namun kali ini berlangsung di siang bolong.

Keluarga al-Jamal yang terdiri dari enam orang mendengar deru mesin kendaraan tempur yang diiringi ledakan dan tembakan hebat. Mereka dalam bahaya nyata. Di rumah tersebut terdapat Safia al-Jamal (65 tahun), anaknya Muhannad (28 tahun), putrinya Nasiba (34 tahun), Arij (30 tahun), Hadil (25 tahun), dan cucunya, Mona (1,5 tahun).

Jam-jam Menegangkan

Keluarga tersebut dilanda ketakutan, terutama ketika pasukan Israel memposisikan diri di depan rumah mereka dan mulai menghancurkan lahan tetangga. Mereka kemudian pindah ke lantai dua dan berkumpul di sebuah kamar, menutup pintu rapat-rapat.

Saat matahari terbenam, setelah jam-jam menegangkan, ketakutan mereka menjadi kenyataan ketika sebuah buldoser besar mulai meratakan rumah dari belakang. Keluarga tersebut mulai berdoa, mengira akan dibunuh dengan dihancurkan rumah mereka.

Tiba-tiba, tentara Israel menyerbu masuk hingga mencapai kamar tempat bersembunyi. Hanya bisa berteriak memberitahu bahwa mereka adalah warga sipil. Namun, tentara tidak peduli dan melepaskan tembakan serta melemparkan granat ke dalam kamar.

Mereka melemparkan lima granat berturut-turut, menyebabkan Safia terluka parah di dada. Anak-anaknya terkena pecahan granat di beberapa bagian tubuh mereka.

“Mereka melemparkan lima granat berturut-turut dan terus menembak, meski kami berteriak bahwa kami adalah warga sipil,” kata Muhannad, dikutip Aljazeera, Sabtu (13/7/2024).

Setelah itu, tentara masuk ke kamar, menembak dinding, dan memerintahkan Muhannad untuk melepas pakaian serta membawanya untuk diinterogasi di tempat lain. Anak-anak Safia berkumpul di sekeliling ibu mereka, menangis dan memohon agar tentara menyelamatkan sang ibu yang sekarat.

Namun, tentara memaksa mereka meninggalkan sang ibu. Mereka diusir keluar rumah, memerintahkan berjalan menuju Jalan Salahuddin di tengah kegelapan, ledakan, dan tembakan.

Digilas Rantai Tank

Setelah diinterogasi, Muhannad dibawa kembali ke kamar tempat ibunya berada. Mereka kemudian memintanya membawa sang ibu menggunakan tandu medis, bersama seorang tentara, ke luar rumah dan menempatkan mereka berdua di dalam tank.

Setelah beberapa saat, tank berhenti, tentara menurunkan Muhannad dan melemparkan ibunya ke tanah, mengelabui Muhannad dengan mengatakan bahwa ambulans sedang dalam perjalanan. Namun, kenyataannya berbeda.

Muhannad terkejut ketika melihat sebuah tank mundur dan menggilas tubuh ibunya hingga hancur berkeping-keping. “Tank itu sengaja melindasnya. Mereka bisa menghindarinya, tetapi mereka sengaja melakukannya,” ujar Muhannad.

Muhannad sendiri hampir dilindas tank kedua, tetapi berhasil melarikan diri dan berteriak meminta tolong di tengah kegelapan, namun hanya mendapat jawaban sunyi.

Situasi Genting

Setelah tank-tank pergi, Muhannad kembali ke tempat ibunya dan mendapati sekelompok anjing liar mencoba memakan jenazah ibunya. Dia mengusir anjing-anjing dengan sepotong besi dan mencoba mengumpulkan tubuh ibunya yang terpisah-pisah.

Namun, kekuatan Muhannad sudah habis dan dia tidak tahu harus membawa tubuh ibunya ke mana di tengah situasi yang kacau tersebut. Akhirnya, Muhannad memutuskan untuk menutupi tubuh sang ibu dan melarikan diri melalui jalan-jalan kecil.

Dia berjalan dalam kegelapan, menangis, dan merenungkan nasibnya hingga akhirnya tiba di lingkungan Tufah yang berdekatan.

Muhannad mengingat ayahnya, Rashad al-Jamal, yang juga syahid oleh serangan Israel pada Februari lalu di rumah yang mereka tempati sementara di barat Gaza. Keesokan harinya, Muhannad mulai mencari saudara-saudarinya hingga mengetahui bahwa mereka berada di Rumah Sakit Baptis, di mana mereka dirawat akibat luka-luka dari pecahan granat.

Muhannad akhirnya bertemu dengan saudara-saudarinya di rumah sakit dan menceritakan apa yang terjadi pada sang ibu. Mereka semua menangis bersama, berduka atas kehilangan yang mereka alami.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here