Spirit of Aqsa, Jalur Gaza- Sejak pecahnya agresi penjajah Israel terhadap Gaza pada 7 Oktober, jurnalis muda Anas Al-Sharif hanya bertemu dengan putrinya yang masih kecil dan sang istrinya yang sedang hamil sebanyak dua kali. Dia selalu sibuk meliput perkembangan agresi di wilayah utara Jalur Gaza.

Betapapun sulit, Al-Sharif (27 tahun) hidup di tengah bayang-bayang kematian. Di sisi lain, dia harus tetap berdiri demi memberikan kabar dari Jalur Gaza.

“Penjajah melancarkan perang sengit di mana tidak ada seorang pun yang kebal. Jurnalis dan keluarga mereka telah menjadi bagian dari korban perang ini. Mereka syahid dan terluka dalam serangan udara yang menargetkan mereka di lapangan dan di dalam rumah mereka,” kata Al-Sharif, dikutip Al Jazeera, Jumat (3/11).

Persatuan Jurnalis Palestina dan Kantor Informasi Pemerintah (Wafa) mendokumentasikan kematian 35 jurnalis dan aktivis media, melukai puluhan lainnya, dan penghancuran kantor pusat dan kantor media. Ada pula tragedi yang menimpa jurnalis yang kehilangan seluruh keluarga.

Selamat dan Jadi Saksi Kebengisan Israel

Al-Sharif pernah berada di ujung kematian. Secara ajaib dia selamat dari pemboman udara penjajah Israei di utara Jalur Gaza. Dalam kejadian itu, dia kehilangan sepupunya karena terkena bom.

Kendati begitu, dia merasa lega lantara bisa melakukan pekerjaan patriotik dan profesional mengungkap pembantaian yang dilakukan penjajah Israel.

Di antara pembantaian yang hanya didokumentasikan oleh Al-Sharif adalah serangan udara Israel di kamp pengungsi Jabalia pada Selasa malam (31/11). Al-Sharif hampir menjadi salah satu korban pembantaian ini.

“Beberapa detik dan beberapa langkah mencegah kemaian saya. Saya berada beberapa meter dari alun-alun perumahan ini, ketika rudal-rudal berat menghujaninya, menyebabkan kehancuran di puluhan rumah,” ujarnya.

Pengalaman Pertama dalam Perang

Moataz Azaizeh, menjadi salah satu jurnalis yang paling menonjol dan memiliki banyak pengikuti di media sosial. Dia aktif membagikan kejadian-kejadian pembantaian melalui lensa dan diunggah di media sosial.

Lebih dari 12 juta orang di seluruh dunia mengikuti Azaizeh di akun Instagram-nya. Meski kehilangan 15 anggota keluarganya akibat pemboman Israel, ia terus menyiarkan tragedi Gaza ke dunia.

Ada juga Belestia Al-Akkad (25 tahun). Dia pernah selamat dari pemboman Israel terhadap bangunan empat lantai. Namun di sana, dia kehilanghan ibu yang sedang mengandung anak kembar. Ayahnya juga syahid dalam peristiwa itu.

Belistia (22 tahun), adalah seorang jurnalis yang bekerja untuk media Barat. Dia menerbitkan cerita di akunnya di platform Instagram. Kemampuan berbahasa Inggris membuatnya bisa menyampaikan fakta-fakta lapangan ke masyarakat Barat.

“Penting untuk menggunakan bahasa asing, terutama bahasa Inggris, dalam meliput perang di Gaza, dan untuk memberikan gambaran kepada dunia tentang apa yang terjadi di lapangan.”

Belistia telah melalui beberapa perang dan eskalasi yang dilancarkan oleh Israel di Jalur Gaza selama beberapa tahun terakhir. Namun ini adalah pengalaman pertamanya bekerja sebagai jurnalis di bidang perang.

Belistia juga diliputi kegelisahan terhadap keluarganya yang terpaksa mengungsi dari Kota Gaza ke beberapa tempat, sebelum menetap di kota Khan Yunis di selatan Jalur Gaza.

“Kami sebagai jurnalis tidak lagi aman dari rudal atau peluru, setelah berulang kali menargetkan rekan-rekan yang menjadi syahid atau terluka.”

Hani Abu Rizq, fokus mendokumentasikan kejadian-kejadian di Rumah Sakit Al-Aqsa di Gaza. Ada satu kisah yang sangat menonjol dari hasil lensa Rizq. Sebuah klip video pendek mendapat interaksi luas antara dua anak Palestina, salah satunya membacakan syahadat kepada saudaranya yang terluka dalam serangan Israel.

Abu Rizq bekerja siang dan malam, memantau kisah-kisah manusia yang luar biasa di antara tumpukan rumah yang hancur. “Kami bukanlah angka. Di balik setiap syuhada, setiap orang yang terluka, dan di bawah setiap batu di Gaza terdapat kisah yang harus didokumentasikan dan diketahui dunia.”

Sumber: Al Jazeera

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here