Kekerasan yang dilakukan pemukim Israel kembali memaksa enam keluarga Palestina meninggalkan rumah dan tanah mereka di wilayah Fasa’il al-Wusta, utara Kota Ariha (Yerikho), kawasan timur Tepi Barat yang diduduki.
Dalam pernyataan yang dirilis pada Kamis malam (6/11), Organisasi HAM Al-Baidar menyebut keluarga-keluarga di Fasa’il terpaksa pergi setelah serangkaian serangan berulang dari kelompok pemukim. Aksi terbaru yang memicu eksodus ini adalah pemasangan pagar kawat yang menutup akses ke lahan pertanian dan padang penggembalaan, sumber utama penghidupan warga.
“Enam keluarga itu terpaksa mengumpulkan ternak dan harta benda seadanya, lalu pergi tanpa tahu ke mana akan berlindung,” tulis organisasi tersebut, menambahkan bahwa kondisi di lapangan dipenuhi ketakutan dan kecemasan akibat ancaman yang terus berlangsung.
Laporan Al-Baidar menegaskan, aksi kekerasan sistematis para pemukim telah menjadi ancaman langsung bagi keberlangsungan hidup komunitas Badui Palestina di kawasan itu. Mereka kehilangan lahan, pendapatan, dan rasa aman, fondasi dasar bagi keberadaan mereka.
Lonjakan Kekerasan Sejak Serangan ke Gaza
Data Otoritas Palestina untuk Penentangan Tembok dan Permukiman menunjukkan, sepanjang Oktober lalu, pasukan Israel dan kelompok pemukim melancarkan 766 serangan terhadap warga, properti, dan sumber penghidupan Palestina di Tepi Barat.
Bentuknya beragam, mulai dari pemukulan dan penembakan, hingga intimidasi dan penangkapan massal.
Gelombang kekerasan ini bukan insiden terpisah, melainkan bagian dari eskalasi sistematis yang terjadi sejak dimulainya perang genosida Israel di Gaza pada Oktober 2023. Dalam periode yang sama, sedikitnya 1.066 warga Palestina di Tepi Barat telah syahid, sekitar 10 ribu orang terluka, dan lebih dari 20 ribu ditangkap, termasuk 1.600 anak-anak.
Sumber: Anadolu Agency










