Spirit of Aqsa- Wakil Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan di Gaza, Naji Sarhan, menyatakan bahwa perang genosida yang dilakukan Israel, disertai dengan pembersihan etnis, telah menghancurkan 80% wilayah utara Gaza.

Dalam pernyataan kepada Kantor Berita Anadolu, Sarhan menjelaskan bahwa daerah-daerah seperti Kamp Jabalia, Beit Hanoun, dan Beit Lahia mengalami kehancuran total akibat serangan Israel, termasuk bagian timur dan barat Kota Jabalia. Ia menegaskan bahwa 80% wilayah utara Gaza telah dihancurkan oleh Israel.

Sarhan menjelaskan bahwa kehancuran besar-besaran ini mencakup rumah-rumah, jalanan, dan infrastruktur, membuat wilayah utara Gaza menjadi “daerah tanpa kehidupan.”

Ia juga mengungkapkan bahwa lebih dari 300.000 warga Palestina saat ini kehilangan tempat tinggal. “Bencana yang lebih besar adalah kami memperkirakan kembalinya pengungsi dari Kota Gaza dan wilayah utara, yang kini berada di tengah dan selatan Gaza, dalam minggu mendatang (sesuai dengan perjanjian gencatan senjata). Hal ini akan menambah beban kemanusiaan,” ujarnya.

Sarhan menambahkan bahwa semua area terbuka kini telah berubah menjadi kamp pengungsian akibat kehancuran yang masif di utara Gaza.

Menurutnya, tantangan terbesar saat ini adalah menyediakan tenda dan kebutuhan pendukungnya seperti panel surya, generator, bahan bakar, serta selimut, alas tidur, dan bantuan dasar lainnya.

Menghadapi situasi tragis ini, Sarhan menyerukan kepada lembaga-lembaga internasional dan regional untuk segera bertindak memenuhi kebutuhan para pengungsi, karena rekonstruksi wilayah utara Gaza akan membutuhkan upaya besar dan dukungan internasional.

Meskipun menghadapi genosida Israel dan keterbatasan sumber daya, Sarhan menegaskan bahwa pihaknya bertekad untuk membangun kembali wilayah utara Gaza menjadi lebih baik dari sebelumnya. “Ini adalah tanggung jawab bersama yang membutuhkan dukungan dunia,” katanya.

Utara Gaza Berstatus Daerah Terdampak Bencana

Dalam konteks yang sama, Komite Koordinasi Kota-Kota di Wilayah Utara Gaza, melalui pernyataan yang disampaikan oleh Kepala Kota Beit Hanoun, Imad Badwan, dalam konferensi pers di Jabalia pada Selasa lalu, mengumumkan bahwa wilayah utara Gaza kini berstatus daerah terdampak bencana.

Badwan menambahkan bahwa Kamp Jabalia dan Kota Beit Hanoun mengalami kehancuran total akibat serangan Israel, selain juga bagian besar dari Jabalia dan Beit Lahia.

Ia menggambarkan bahwa apa yang terjadi adalah genosida Israel yang belum pernah terjadi sebelumnya. Jalan-jalan, jaringan air, saluran pembuangan, jalur listrik dan komunikasi, serta sumur-sumur air telah hancur, sementara rumah sakit, sekolah, dan fasilitas milik UNRWA yang digunakan sebagai tempat penampungan juga menjadi target.

Badwan menjelaskan bahwa agresi Israel di wilayah utara Gaza selama sekitar 100 hari terakhir telah menyebabkan lebih dari 5.000 orang tewas atau hilang, serta sekitar 13.000 lainnya terluka. Jumlah pengungsi kini telah melebihi 200.000 orang.

Ia menegaskan bahwa kehancuran infrastruktur oleh Israel membuat kembalinya para pengungsi Palestina menjadi sangat sulit dan memicu krisis kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Badwan menyerukan kepada UNRWA, Program Pangan Dunia (WFP), dan Kantor PBB untuk Urusan Kemanusiaan (OCHA) agar segera membantu para pengungsi dengan menyediakan tempat tinggal, makanan, pakaian, serta mendirikan kamp pengungsian.

Ia juga menekankan pentingnya mendukung pemerintah kota dengan menyediakan bahan bakar untuk menjalankan fasilitas-fasilitas umum, memperbaiki jaringan air dan saluran pembuangan, membuka kembali jalan, serta membersihkan puing-puing. Selain itu, ia menyerukan penyediaan suku cadang dan perlengkapan untuk mengoperasikan sumur air dan fasilitas saluran pembuangan.

Badwan juga menyoroti perlunya membayar gaji karyawan pemerintah kota yang belum menerima gaji sejak dimulainya genosida Israel, guna memperlancar kerja dan mengurangi dampak bencana ini.

Ia memastikan bahwa meskipun ada kehancuran besar-besaran, pemerintah kota akan terus bekerja semaksimal mungkin bersama lembaga internasional dan lokal untuk meringankan penderitaan warga Palestina, hingga mencapai tahap pemulihan dan mengembalikan kehidupan normal.

Pada Ahad pagi lalu, gencatan senjata antara Israel dan Hamas mulai berlaku, dengan tahap pertama berlangsung selama 42 hari. Selama periode ini, akan dilakukan negosiasi untuk tahap kedua dan ketiga dengan mediasi dari Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat.

Dengan dukungan Amerika, Israel telah melakukan genosida di Gaza antara 7 Oktober 2023 hingga 19 Januari tahun ini. Serangan tersebut menewaskan dan melukai lebih dari 157.000 warga Palestina, sebagian besar adalah anak-anak dan wanita, serta lebih dari 11.000 orang hilang, menjadikannya salah satu bencana kemanusiaan terburuk di dunia.

Sumber: Anadolu Agency

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here