Spirit of Aqsa, Ramallah – Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, mengecam kesepakatan Israel dengan Uni Emirat Arab (UEA). Otoritas Israel dan UEA sepakat membuka membuka hubungan diplomatik secara penuh yang diumumkan secara trilateral oleh UEA, Israel dan Amerika Serikat (AS).

“Pimpinan Palestina menolak dan mencela pengumuman trilateral UEA, Israel dan AS, yang mengejutkan,” kata Nabil Abu Rudeineh, penasihat senior Presiden Mahmud Abbas, seperti dikutip Middle East Eye, Jumat (14/8).

Abu Rudeineh, membaca sebuah pernyataan di luar markas besar Otoritas Palestina (PA) di Ramallah di Tepi Barat mengatakan, kesepakatan itu adalah “pengkhianatan terhadap Yerusalem, Al-Aqsa, dan perjuangan Palestina”.

Sedangkan Hanan Ashrawi, seorang pejabat senior Otoritas Palestina mengatakan, Israel telah diberi penghargaan atas tindakannya di wilayah Palestina sejak 1967.

“UEA telah terbuka tentang kesepakatan atau normalisasi rahasianya dengan Israel. Tolong jangan membantu kami. Kami bukan daun ara siapa pun!” tulis Ashrawi melalui Twitter.

Sementara Hamas mengatakan UEA pada dasarnya telah “menikam” Palestina dari belakang. Anggota kelompok Hamas yang lain mengatakan “Kesepakatan itu tidak melayani kepentingan Palestina”.

Adapun gerakan Jihad Islam di Palestina menyebut kesepakatan itu sebagai “penyerahan”.

Pengumuman Kamis 13 Agustus 2020 tersebut menjadikan UEA negara Teluk Arab pertama yang membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Mereka menjadi negara Arab ketiga yang memiliki hubungan diplomatik aktif dengan Negara Yahudi tersebut.

Di antara negara-negara Arab, hanya Mesir dan Yordania yang memiliki hubungan diplomatik aktif dengan Israel. Mesir membuat kesepakatan damai dengan Israel pada 1979, diikuti oleh Yordania pada 1994. Mauritania mengakui Israel pada 1999, tetapi kemudian mengakhiri hubungan pada 2009 karena perang Israel di Gaza pada saat itu.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here