Ahli militer, Jenderal Fayyad al-Duwairi, menyatakan bahwa serangan di Hayy al-Sultan di Rafah, Gaza, membuktikan bahwa tidak ada satu pun wilayah di Gaza yang bebas dari pejuang perlawanan. Selain itu, serangan ini juga menggagalkan rencana Israel untuk memindahkan pengungsi.

Dalam wawancaranya dengan Al Jazeera, Duwairi mengingatkan kembali pada serangan-serangan sebelumnya di Shuja’iyya, al-Tuffah, dan Beit Hanoun. Ia juga mencatat bahwa kemungkinan besar, Brigade al-Qassam akan merilis video yang mengungkapkan rincian lebih lanjut dari serangan tersebut.

Duweiri menjelaskan bahwa perlawanan terus menghadang pasukan dan kendaraan Israel yang mencoba maju ke dalam Gaza, dan menyebut bahwa Hayy al-Sultan hancur hampir sepenuhnya dan dikepung.

“Israel menyangka telah sepenuhnya membersihkan wilayah ini dan berencana memindahkan pengungsi dari pantai al-Mawasi ke Hayy al-Sultan,” katanya.

Duweiri juga menyoroti pentingnya wilayah ini, mengingat peran strategisnya serta peristiwa penting yang terjadi di sana, termasuk kematian pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, yang menjadi ikon serangan 7 Oktober 2023. Ia menambahkan bahwa Israel harus membayar harga mahal dalam setiap serangan darat sebelumnya di Hayy al-Sultan.

Pada Kamis lalu, Brigadir al-Qassam mengungkapkan detail serangan terkoordinasi di Jalan al-Tayaran, Hayy al-Sultan, yang terjadi pada 27 April. Serangan tersebut melibatkan penyerangan terhadap pasukan Israel yang terdiri dari empat kendaraan Humvee dan sebuah truk militer. Serangan itu berhasil menewaskan dan melukai sejumlah tentara Israel.

Dalam beberapa hari terakhir, serangan perlawanan semakin intensif, dengan serangan menggunakan bahan peledak, roket anti-tank, dan tembakan sniper yang tepat sasaran terhadap pasukan Israel.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here