Spirit of Aqsa, Palestina- Pakar politik dan militer menegaskan, PM Benjamin Netanyahu tidak akan pernah bisa membebaskan tahanan di Jalur Gaza tanpa memenuhi syarat yang diberikan Hamas. Bahkan, para tahanan tidak akan bisa dibebaskan meski militer Israel melancarkan serangan udara ke Gaza untuk menekan posisi Hamas.
Senin malam (30/10), Hamas merilis video yang memperlihatkan tiga tawanan wanita mengecam Netanyahu. PM Israel itu dianggap lari dari tanggungjawab dan tidak ada niat untuk membebaskan para tahanan.
Netanyahu menggambarkan pesan ini sebagai perang psikologis di pihak Hamas. Pada saat yang sama dia menekankan kelanjutan operasi darat dengan alasan pembebasan tawanan.
Namun, pakar militer, Mayor Jenderal Fayez Al-Duwairi, mengatakan, operasi darat tidak akan pernah membebaskan para tahanan. Itu mngingat pertempuran lapangan sejauh ini tentara Israel selalu kalah. Itu terbukti pula dari bentuk dan tujuan operasi darat itu sendiri yang sudah menuru secara signifikan.
Dia mengatakan, Israel telah mundur dari tujuan awal, yaitu mengenai invasi penuh ke Jalur Gaza, melenyapkan Hamas, dan memindahkan penduduk Gaza ke Semenanjung Sinai. Saat ini, Israel tampaknya hanya bisa melakukan serangan terbatas dan pembicaraan tentang pembebasan Tahanan.
Fayez mengaitkan mundurnya Israel dengan konfrontasi kuat dari pihak pejuang Palestina. Perlawanan yang ditunjukkan Al-Qassam dan faksi perjuangan lain mampu mencegah pasukan penjajah israel menembus jantung Jalur Gaza dan memaksa mereka kembali ke perbatasan.
Meski tekanan internal dan eksternal semakin meningkat terkait isu pemulihan tahanan, Fayez Al-Duwairi meyakini Netanyahu akan tetap melanjutkan operasi militernya, guna mengembalikan martabat dan gengsi Israel yang sempat terpuruk saat operasi Taufan Al-Aqsa dan kesuksesan Hamas menyeberangi perbatasan Israel ke Pantai Zakim.
Oleh karena itu, tentara Israel ingin mengembalikan prestise yang telah dikenakannya pada negara-negara Arab selama tujuh dekade. Pamor itu runtuh dalam beberapa jam di tangan Hamas. Namun, pada saat yang sama Israel tidak mampu mengembalikan pamor tersebut, apalagi membebaskan para tahanan melalui aksi militer.
Bahkan pembicaraan Netanyahu tentang pembebasan paksa seorang sandera dari Gaza juga gagal total dari sudut pandang militer. Bahkan jika klaim itu benar, itu berarti Israel membebaskan satu tahanan dan membunuh 50 tahanan lain.
Oleh karena itu, Fayez percaya bahwa Netanyahu akan mencoba memisahkan bagian utara Jalur Gaza dari wilayah lainnya dengan cara militer, untuk memberikan tekanan lebih besar pada Hamas. Namun, pada akhirnya dia tidak akan mampu membebaskan para tahanan dengan kekerasan, melainkan melalui negosiasi.