Spirit of Aqsa, Palestina- Dalam operasi militer, penting menjaga ekspektasi realistis. Poin yang nampaknya tidak dipahami militer zionis Israel. Mereka berlindung dari balik baja dan pesawat tempur, tapi menemukan perlawanan dan ketegaran warga Gaza yang tak pernah terjadi sebelumnya.
Pakar militer, Mayor Jenderal Fayez Al-Duwairi menjelaskan, kemajuan yang diklaim pasukan darat Israel (IDF) selama sebulan lebih tidak bisa dianggap sebagai keberhasilan militer. Itu karena gerombolan tentara tersebut bergerak menuju Beit Hanoun, Jalan Al-Rashid, dan Beit Lahia di daerah pertanian dan tidak berpenghuni.
Mereka juga menerbangkan drone ke Kompleks Medis Al-Shifa dengan klaim palsu terkait pusat komando Hamas. Dalam sudut pandang militer, tindakan tersebut merupakan kegagalan dan hanya serangan panik saja. Mereka tidak bisa mengalahkan pejuang Al-Qassam, lalu balik menyerang warga sipil untuk mendapatkan dokumentasi ‘kemenangan’.
Al-Duwairi menekankan, tidak semua pejuang Al-Qassam berada di atas permukaan tanah, namun banyak pula yang berada di bawah tanah, muncul pada waktu-waktu tertentu dan untuk mencapai tujuan tertentu.
“Selama dua hari terakhir, Israel mengembangkan serangan di bundaran Al-Karama, Keamanan Publik dan Intelijen, serta jalan-jalan Keamanan Publik dan Al-Nasr, dan mencapai Lapangan Rumah Sakit dan mengepungnya, namun serangan ini terjadi dari jalan utama dan tidak di dalam area tersebut,” menurut Al-Duwairi.
“Israel membutuhkan waktu 30 jam untuk dapat mengepung Kompleks Medis Al-Shifa, yang setara dengan 600 meter, namun Israel mengumumkan bahwa jaraknya masih 350 meter dari sana, seperti yang dikatakan pakar militer,” lanjutnya.
Sumber: Al Jazeera