Spirit of Aqsa- Setelah dievakuasi ke Qatar dari Gaza, anak Palestina Mahmoud Youssef Ajjour (9 tahun) tetap memimpikan untuk menjadi pilot suatu hari nanti. Meskipun ia harus kehilangan kedua tangan akibat terkena serangan roket Israel di Jalur Gaza.

Di sebuah apartemen kecil di ibu kota Qatar, Doha, ibu Mahmoud Ajjour membantu anaknya mengenakan seragam sekolah dengan perlahan sebagai persiapan untuk pergi ke sekolah. Diperlukan waktu untuk mendapatkan tangan buatan untuk Mahmoud.

Sebuah roket mengenai Youssef saat hendak meninggalkan rumah di Gaza pada  Desember 2023 bersama orang tuanya.

“Saya sedang tidur di lantai, dan saya tidak tahu apakah saya mengalami sesuatu, saya tidak tahu bahwa tangan saya terputus,” ujar Youssef, dikutip Al Jazeera, Jumat (13/9/2024).

Rasa Sakit yang Mendalam

Youssef menjalani operasi di Gaza dengan anestesi terbatas. Setelah operasi, ia terbangun dengan rasa sakit yang parah dan kehilangan kedua tangan.

Youssef berhasil meninggalkan wilayah yang terkena dampak, di mana banyak rumah sakit hancur akibat agresi Israel. Para dokter menyebutkan, sering kali mereka harus melakukan operasi tanpa anestesi atau obat pereda nyeri.

Qatar telah menerima banyak korban luka dari Gaza untuk mendapatkan perawatan di negara tersebut.

Mahmoud Ajjour sangat ingin kembali ke Gaza yang dulunya hidup sebelum agresi Israel, meskipun kemiskinan dan tingkat pengangguran yang tinggi melanda salah satu tempat dengan kepadatan penduduk tertinggi di dunia. Rumahnya telah hancur dalam agresi Israel.

Kementerian Kesehatan di Gaza menyatakan, agresi Israel telah mengakibatkan setidaknya 41.118 warga Palestina syahid, 95.125 orang lainnya terluka, serta sekitar dua juta orang mengungsi dan sebagian besar wilayah hancur.

Youssef berharap, “Saya berharap Gaza akan kembali seperti dulu, dan menjadi lebih baik dan lebih indah seperti sebelumnya.”

Di sekolah Palestina yang didirikan beberapa waktu lalu di Doha, Mahmoud Ajjour duduk dengan sabar saat teman-temannya mencatat pelajaran, dan hanya mengangkat suaranya saat menjawab pertanyaan guru.

Ahli psikologi sekolah, Hanin Al-Salamat, melihat Mahmoud sebagai sumber inspirasi dan mengatakan, “Kadang-kadang, Anda merasa seperti mendapatkan kekuatan dari seseorang.”

Mahmoud menolak untuk menyerah pada batasan fisik dan dengan percaya diri mengatakan, “Saya akan mencoba semuanya, dan saya akan menjadi pilot. Saya selalu bermain bola dengan anak-anak, kemarin saya bermain dengan teman-teman saya. Saya berharap bisa memakai tangan buatan sehingga saya bisa kembali seperti dulu, dan berharap bisa memegang bola dengan tangan saya.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here