Lebih dari 1.200 orang turun ke jalan dalam aksi besar di London menentang keputusan pemerintah yang melarang gerakan Palestine Action serta melabelinya sebagai “organisasi teroris.” Aksi ini dicatat sebagai salah satu gerakan perlawanan sipil terbesar dalam sejarah modern Inggris.
Sejak Sabtu siang, massa memadati alun-alun parlemen dengan spanduk dan poster bertuliskan: “Saya menentang genosida. Saya mendukung Palestine Action.”
Di antara lautan manusia itu hadir sosok yang mencuri perhatian: Pastor Sue Parfitt, 83 tahun. Perempuan sepuh ini sebelumnya pernah ditangkap pada 5 Juli lalu, tepat di hari pertama larangan tersebut diberlakukan, saat ia berdiri menentang kebijakan yang dinilainya tidak adil.
Gelombang penangkapan besar-besaran juga terjadi pada 9 Agustus lalu, ketika 532 orang ditahan hanya karena membawa poster di depan parlemen. Aksi itu disebut sebagai penangkapan massal terbesar di London sejak 1961. Ironisnya, separuh dari mereka yang ditangkap adalah lansia berusia di atas 60 tahun, termasuk seorang pria buta di kursi roda.
Langkah pemerintah Inggris ini menimbulkan kontroversi luas. Untuk pertama kalinya, sebuah gerakan non-kekerasan dilarang berdasarkan Undang-Undang Terorisme. Keputusan ini diperkirakan akan diuji kembali oleh Mahkamah Agung Inggris pada November mendatang.
Sejak Oktober 2023, Israel dengan dukungan Amerika Serikat melancarkan perang pemusnahan di Gaza: membunuh, mengisolasi dengan kelaparan, menghancurkan pemukiman, dan menggusur paksa jutaan orang. Semua dilakukan dengan mengabaikan seruan dunia internasional dan perintah Mahkamah Internasional untuk menghentikan agresi.