Empat warga Palestina terluka akibat tembakan artileri Israel yang menghantam sebuah pusat pengungsian di kawasan Al-Tuffah, timur Kota Gaza, Jumat malam. Serangan ini menandai pelanggaran terbaru terhadap kesepakatan gencatan senjata yang berlaku di Jalur Gaza sejak Oktober lalu.

Sumber dari Rumah Sakit Al-Ma’madani menyatakan, keempat korban telah dilarikan ke rumah sakit di pusat Kota Gaza setelah Sekolah Syuhada Gaza—yang selama ini difungsikan sebagai tempat perlindungan warga—menjadi sasaran tembakan artileri. Hingga laporan ini disusun, militer Israel belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait serangan terhadap pusat pengungsian tersebut.

Ironisnya, wilayah yang diserang termasuk area yang sebelumnya telah ditinggalkan pasukan Israel, sesuai ketentuan gencatan senjata yang mulai berlaku pada 10 Oktober lalu. Fakta ini kembali menegaskan rapuhnya komitmen penghentian tembakan di lapangan.

Sejak pagi hari yang sama, eskalasi militer terus berulang. Di Rafah, pasukan Israel dilaporkan melakukan peledakan bangunan di wilayah penempatan mereka. Sementara di Gaza tengah, artileri Israel menghantam kawasan timur Kamp Al-Maghazi. Rentetan serangan juga menyasar wilayah timur Khan Younis, disertai tembakan intens, termasuk ke kawasan Bani Suhaila di selatan Jalur Gaza.

Militer Israel, dalam pernyataannya, mengklaim telah menyerang seorang yang mereka sebut sebagai “bersenjata” setelah melintasi garis pembatas di Gaza tengah dan dianggap mengancam keselamatan pasukan. Klaim ini kembali dikemukakan di tengah rentetan serangan yang menimpa area sipil, termasuk lokasi pengungsian.

Menurut Kantor Media Pemerintah Gaza, sejak gencatan senjata diberlakukan, Israel telah melakukan sekitar 738 pelanggaran, menewaskan lebih dari 395 warga Palestina. Angka-angka itu menjadi pengingat bahwa kesepakatan di atas kertas belum sepenuhnya menjelma menjadi perlindungan nyata bagi warga sipil.

Perang pemusnahan yang dilancarkan Israel sejak 7 Oktober 2023 telah meninggalkan luka mendalam: lebih dari 70 ribu syahid dan 171 ribu luka-luka, mayoritas perempuan dan anak-anak. Di atas puing-puing kehancuran, Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan biaya rekonstruksi Gaza mencapai 70 miliar dolar AS—angka yang mencerminkan skala kehancuran, sekaligus panjangnya jalan menuju pemulihan.

Sumber: Al Jazeera

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here