Spirit of Aqsa- Media dan situs internasional, dalam liputan mereka tentang perkembangan perang di Gaza, menyoroti strategi Israel di Tepi Barat serta dampak dari video tahanan yang disebarkan oleh Hamas terhadap masyarakat Israel. Selain itu, mereka juga melaporkan tekanan dari aktivis untuk melarang penjualan senjata Amerika Serikat ke Israel.
Laporan dari “Le Monde” menyoroti tanda-tanda meluasnya perang di Gaza ke Tepi Barat, dengan mencatat bahwa operasi militer di wilayah tersebut adalah yang terpanjang sejak Intifada Kedua dan cakupannya terus berkembang.
Surat kabar Prancis tersebut melaporkan bahwa militer Israel menggunakan teknik militer yang mirip dengan yang digunakan di Gaza, seperti serangan udara, evakuasi daerah pemukiman, dan penargetan infrastruktur.
Sementara itu, “New York Times” menulis bahwa video yang dipublikasikan oleh Hamas tentang tahanan di Gaza memperburuk perpecahan di dalam Israel dan meningkatkan tekanan pada pemerintah Benjamin Netanyahu untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata.
Surat kabar Amerika itu menampilkan komentar ayah salah satu dari enam tahanan yang terbunuh setelah penahanan mereka, yang mengatakan bahwa video tersebut adalah “alarm bagi dunia untuk bergerak secepat mungkin.”
Selain itu, “The Guardian” menyoroti tekanan yang dilakukan oleh aktivis Amerika terhadap Kongres untuk melarang penjualan senjata ke Israel.
Para aktivis mengatakan bahwa jika Inggris mengambil langkah serupa, hal ini akan memperkuat posisi Kongres untuk mengikuti jejak sekutu AS yang menemukan adanya ancaman nyata dari penggunaan peralatan militernya dalam pelanggaran serius terhadap hukum internasional.
Kemungkinan Kembalinya Pengembaraan Yahudi
Dalam laporan lainnya, “Haaretz” menulis tentang kemungkinan kembalinya era pengembaraan Yahudi setelah serangan 7 Oktober. Surat kabar itu menyebutkan bahwa puluhan ribu pemukim Israel telah meninggalkan negara itu karena takut akan perang, penurunan demokrasi, atau tingginya biaya hidup.
Surat kabar Israel tersebut juga mencatat bahwa banyak orang Yahudi di diaspora melarikan diri ke Israel karena antisemitisme atau sekadar solidaritas dengan Israel.
Sementara itu, sebuah artikel di “Al-Monitor” mempertanyakan apakah Amerika Serikat mampu menengahi antara Israel dan Hizbullah Lebanon tanpa adanya gencatan senjata di Gaza.
Situs tersebut mengutip seorang diplomat yang mengatakan bahwa kemungkinan pecahnya perang multi-front masih ada dan dampaknya akan menjadi bencana bagi kandidat Partai Demokrat dalam pemilihan presiden AS, Kamala Harris, jika pemerintahan Presiden Joe Biden tidak segera meningkatkan upayanya untuk meredakan situasi.
Sumber: Al Jazeera