Ahad (28/9), pesawat tempur Israel melancarkan hujan bom dan tembakan intens mengelilingi Rumah Sakit Al-Shifa, menghancurkan menara hunian dan rumah-rumah penduduk di Gaza. Sementara itu, tank-tank Israel menembus kedalaman beberapa kawasan kota, memperluas jejak kehancuran dan ketakutan.
Sejak fajar, 40 warga Palestina syahid akibat serangan udara di berbagai wilayah Gaza. Fokus serangan kembali tertuju pada kawasan kota Gaza, termasuk daerah tengah dan selatan, menyusul hari sebelumnya yang mencatat lebih dari 90 korban syahid akibat agresi Israel.
Hujan peluru di sekitar Al-Shifa menimbulkan kekhawatiran serius bahwa pasukan pendudukan yang mendekat akan mencoba memasuki rumah sakit.
Serangan udara juga menghantam kawasan barat kota, termasuk Al-Nasr, Al-Rimal, dan Kamp Al-Shati, serta menumbangkan menara Makkah di Tel Al-Hawa.
Gedung Universitas Islam dan rumah-rumah di kawasan At-Tawbah, Al-Daraj, juga hancur tanpa memberi waktu bagi warga untuk menyelamatkan harta benda mereka.
Di bagian timur kota, serangan drone Israel menghantam jalan Yafa di Al-Tuffah, menewaskan dan melukai warga sipil. Di utara, tiga syahid ditemukan di sekitar Stadion Palestina, sementara tim penyelamat menghadapi kesulitan mengakses banyak lokasi yang kini dikuasai pasukan Israel.
Di tengah Gaza, 13 warga syahid dan beberapa hilang di bawah reruntuhan rumah-rumah yang menjadi target serangan di Kampan Al-Nuseirat.
Di selatan, enam warga syahid saat mencari bantuan di pusat distribusi yang dikelola oleh Gaza Humanitarian Foundation di Khan Yunis.
Sementara itu, tank-tank Israel menerobos kawasan Al-Sabra, Tel Al-Hawa, Sheikh Radwan, dan Al-Nasr, mendekati jantung kota Gaza dan wilayah barat yang menjadi tempat perlindungan ratusan ribu warga.
Banyak warga terpaksa mengungsi, sementara serangan darat Israel yang dimulai 16 September terus menambah penderitaan penduduk.
Dalam kondisi kelaparan akut, seorang anak 13 tahun di Al-Aqsa Hospital dan seorang bayi di Khan Yunis meninggal akibat kekurangan gizi dan minimnya akses pengobatan.
Sejak PBB menyatakan Gaza dalam kondisi kelaparan pada 22 Agustus lalu, puluhan warga telah meregang nyawa karena kelaparan dan kekurangan layanan medis.