Saat perhatian dunia tertuju pada serangan Israel yang menyasar pimpinan Hamas di Doha, pasukan Israel terus menggempur Gaza tanpa henti, menyebabkan lebih dari 50 orang syahid pada Selasa (9/9).
Di antara para syuhada, terdapat sembilan warga Palestina yang tengah berkumpul di selatan Gaza untuk mencari bantuan. Israel melanjutkan ofensifnya di Kota Gaza, meski sebelumnya Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengancam warga Palestina agar mengungsi ke selatan demi menyelamatkan nyawa mereka.
Kantor berita Wafa melaporkan, sebuah serangan drone menghantam tenda darurat yang menampung keluarga pengungsi di pelabuhan Gaza, menewaskan dua warga sipil dan melukai lainnya. Pesawat tempur Israel juga menggempur sejumlah bangunan hunian, termasuk empat rumah di kawasan al-Mukhabarat dan gedung Zidan di barat laut Kota Gaza.
Serangan lain dilaporkan menghantam sebuah rumah di lingkungan Talbani, Deir el-Balah, Gaza Tengah. Dua pemuda juga syahid akibat serangan terhadap warga sipil di kawasan az-Zarqa, Tuffah, timur laut Kota Gaza.
Lembaga pemeriksa fakta Al Jazeera, Sanad, mengonfirmasi rekaman serangan Israel yang mengenai Masjid Ibn Taymiyyah di Deir el-Balah. Video memperlihatkan cahaya kilat sebelum menara masjid diselimuti asap. Meski ledakan terjadi, menara tersebut masih tampak berdiri.
Sehari sebelumnya, Israel kembali melancarkan ancaman evakuasi. Peta disebarkan untuk memperingatkan warga Palestina agar meninggalkan sebuah gedung yang ditandai bersama tenda-tenda di Jalan Jamal Abdel Nasser, Kota Gaza—atau menghadapi kematian. Mereka diperintahkan pindah ke apa yang disebut sebagai “zona kemanusiaan” di al-Mawasi, sebidang pesisir tandus di Gaza selatan.
Namun al-Mawasi sendiri berulang kali dibom, meski Israel menyebutnya sebagai zona aman. Awal tahun ini, sekitar 115 ribu orang tinggal di sana. Kini, lembaga kemanusiaan memperkirakan lebih dari 800 ribu orang—hampir sepertiga populasi Gaza—berdesakan di kamp-kamp darurat yang penuh sesak.
Komisaris Jenderal UNRWA, Philippe Lazzarini, menggambarkan al-Mawasi sebagai kamp raksasa yang “mengumpulkan warga Palestina kelaparan dalam keputusasaan.”
“Tidak ada tempat aman di Gaza, apalagi zona kemanusiaan. Peringatan akan bencana kelaparan tidak digubris,” tegasnya.










