Spirit of Aqsa-Badan Urusan Tahanan dan Klub Tahanan Palestina dalam pernyataan bersama mengungkapkan bahwa Israel terus membangun kamp-kamp baru untuk menahan warga Gaza. Salah satunya adalah Kamp “Naftali” di wilayah utara, yang saat ini menampung antara 80 hingga 90 tahanan Palestina.
Berdasarkan kesaksian tahanan yang baru saja dikunjungi, kamp tersebut merupakan salah satu dari sejumlah kamp yang didirikan atau diaktifkan kembali oleh Israel setelah perang. Langkah ini dilakukan untuk menampung ribuan warga Gaza yang ditangkap dalam gelombang penangkapan massal.
Pernyataan itu juga menyebut bahwa kondisi di kamp-kamp tersebut serupa. Semua tahanan yang dikunjungi mengaku mengalami penyiksaan sistematis.
Data pasti mengenai jumlah tahanan asal Gaza, khususnya yang ditahan di kamp militer Israel, sulit diperoleh. Namun, pada awal Desember 2023, otoritas penjara Israel melaporkan bahwa ada 1.772 tahanan yang mereka kategorikan sebagai “pejuang ilegal,” dengan ratusan lainnya masih dalam status penghilangan paksa.
Kamp Sde Teiman (selatan Israel) serta kamp Anatot dan Ofer (Tepi Barat) disebut sebagai tempat utama untuk menahan warga Gaza, selain Kamp Naftali dan kamp-kamp lain yang didirikan dekat perbatasan Gaza.
Pernyataan tersebut juga mengungkap bahwa dari seluruh tahanan, terdapat empat perempuan yang ditahan di Penjara Damon, serta puluhan anak-anak, yang sebagian besar berada di Penjara Megiddo (utara) dan Kamp Ofer.
Pelanggaran dan Eksekusi di Kamp Tahanan
Pernyataan itu mengungkap tindakan represif yang belum pernah terjadi sebelumnya, termasuk eksekusi di tempat dan kematian puluhan tahanan akibat penyiksaan. Secara resmi, Israel telah mengumumkan 29 tahanan Gaza tewas, dari total 47 tahanan dan narapidana. Namun, nama-nama tahanan yang meninggal di kamp dan penjara masih dirahasiakan oleh otoritas Israel.
Selain itu, Israel terus melarang Komite Palang Merah Internasional mengunjungi para tahanan. Penangkapan massal di Gaza Utara juga disebutkan telah menjaring lebih dari seribu orang, termasuk puluhan petugas medis.
Pada 5 Oktober 2023, militer Israel kembali menyerbu Gaza Utara dengan alasan “mencegah Hamas memulihkan kekuatannya di wilayah tersebut.”
Dengan dukungan Amerika Serikat, Israel telah melancarkan perang di Gaza sejak 7 Oktober 2023, yang menyebabkan lebih dari 149 ribu korban tewas dan terluka, sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan. Lebih dari 11 ribu orang dilaporkan hilang di tengah kehancuran masif dan kelaparan yang telah menewaskan puluhan anak-anak dan lansia.
Sumber: Al Jazeera + Anadolu Agency