Ancaman genosida kembali menggema dari para pejabat tinggi Israel. Menteri Keuangan Bezalel Smotrich secara terang-terangan menyerukan agar “Arab harus mengalami Nakba baru”, merujuk pada rencana penghancuran total Gaza dan pengusiran massal warganya pasca-perang.

Pernyataan mengejutkan itu dilontarkan dalam sebuah diskusi publik di permukiman ilegal “Ofra” di Tepi Barat. Smotrich mengatakan bahwa Gaza akan hancur total, dan penduduknya akan ‘mengungsi’ ke negara ketiga yang tak disebutkan namanya, setelah terlebih dahulu dipindahkan ke wilayah selatan seperti Rafah.

Hal itu menyusul keputusan kabinet keamanan Israel yang menyetujui rencana pendudukan penuh atas Gaza dan perluasan agresi militer ke Rafah. Pemerintah mengklaim, perluasan ini merupakan “jalan menuju kemenangan”, meski ditentang keras oleh oposisi dan keluarga tawanan Israel sendiri.

Ben-Gvir: Jangan Selamatkan Tawanan Jika Harus Lindungi Rakyat Palestina

Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir menyatakan bahwa menyelamatkan tawanan Israel tak boleh mengorbankan “keselamatan bangsa Israel secara keseluruhan”, menunjukkan arah kebijakan yang lebih mementingkan ambisi militer daripada nyawa tawanan.

Ia bahkan menambahkan bahwa satu-satunya “bantuan” yang pantas untuk Gaza adalah “migrasi sukarela”, wacana yang pertama kali digulirkan oleh Donald Trump dan kini diadopsi sebagai strategi Israel untuk mengosongkan Gaza dari penduduk aslinya.

Oposisi: Netanyahu Gagal Total, Serangan Hanya Membunuh Para Tawanan

Pemimpin oposisi Yair Lapid dan Benny Gantz dengan tegas menolak rencana perluasan serangan. Lapid menilai bahwa pemerintahan Netanyahu tidak mampu mengelola perang, apalagi mengelola Gaza setelah perang usai.

Ia mengungkapkan bahwa tekanan militer sejauh ini justru telah membunuh lebih banyak tawanan daripada yang berhasil diselamatkan. Gantz pun memperingatkan, jika operasi ini terus berlarut-larut, para tawanan akan habis—bukan dibebaskan.

Orang Tua Tawanan: Hanya AS yang Pernah Tekan Israel untuk Damai

Seorang ibu dari tawanan Israel, Tamir Nimrodi, mengaku cemas terhadap nyawa putranya. Ia menyebut bahwa tawanan yang bersama anaknya tewas dalam serangan udara Israel di Jabalia. Dalam wawancara radio, ia menyatakan bahwa “hanya Presiden AS yang pernah menekan Israel untuk gencatan senjata dan pertukaran tawanan.”

Pendudukan Rafah dan Skenario Pengosongan GazaMiliter Israel kini mengepung Rafah dari sisi perbatasan Mesir (koridor Philadelphi) hingga poros Morag yang memisahkan Rafah dan Khan Younis. Militer menyatakan operasi darat akan diperluas ke lingkungan-lingkungan tambahan dalam waktu dekat.

Rencana pendudukan itu telah disetujui kabinet keamanan sejak Senin (5/5) malam, termasuk pengerahan puluhan ribu tentara cadangan. Namun, media Israel menyebut pelaksanaan agresi besar-besaran masih menunggu kunjungan Presiden AS ke kawasan, yang dijadwalkan pertengahan bulan ini.

Hamas: Ini Bukan Strategi Militer, Tapi Pemerasan Politik

Hamas menolak keras rencana pendudukan dan pengusiran warga Gaza. Mereka menyebutnya sebagai bentuk pemerasan politik yang diselimuti kebijakan militer. Bagi Hamas, skenario ini hanyalah kelanjutan dari kegagalan Israel yang tidak kunjung mampu mencapai tujuannya selama lebih dari tujuh bulan perang.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here