Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) menyerukan kepada seluruh rakyat di berbagai penjuru dunia untuk menggelar aksi besar-besaran pada Ahad, 3 Agustus 2025, sebagai Hari Aksi Global untuk Gaza, Al-Quds, Masjid Al-Aqsa, dan para tahanan Palestina.
Dalam pernyataan resminya, Hamās menegaskan pentingnya eskalasi gerakan rakyat dan internasional dalam menghadapi agresi, genosida, dan kebijakan kelaparan sistematis yang dilakukan pendudukan Zionis terhadap lebih dari dua juta warga Palestina di Gaza.
Hamās menyerukan demonstrasi dan aksi duduk di depan kedutaan Israel, Amerika Serikat, serta negara-negara pendukung penjajahan, hingga agresi brutal terhadap warga sipil (terutama anak-anak, perempuan, dan pasien) benar-benar dihentikan.
“Respon rakyat dunia terhadap seruan ini adalah bentuk kesetiaan kepada darah para syuhada,” ungkap Hamās, sembari menyerukan agar aksi pada 3 Agustus dijadikan sebagai gerakan nasional, Arab, Islam, dan global yang berkelanjutan, mencakup tekanan politik, diplomatik, dan aksi massa, demi menghentikan perang pemusnahan dan kelaparan yang mengguncang Gaza.
Dalam pernyataan terpisah, Hamās mengutuk pembantaian sistematis yang dilakukan penjajah Israel terhadap sejumlah keluarga Palestina di Gaza pada malam sebelumnya. Serangan tersebut, menurut Hamās, menghapus keluarga Abu ‘Atiyyah, Shiyām, Abu Nabbah, dan Lahhām dari daftar sipil, sebuah bentuk kejahatan perang terencana yang dilakukan dalam bayang-bayang propaganda ‘gencatan senjata kemanusiaan’.
Hamās menuding Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, sebagai dalang dari kebijakan pemusnahan dan pengepungan yang terus berlangsung, dengan menargetkan rumah-rumah warga sipil dan tenda-tenda para pengungsi.
Gerakan ini juga menyerukan kepada masyarakat internasional, PBB, dan seluruh bangsa di dunia untuk memperkuat tekanan dan bergerak secara aktif dalam menghentikan genosida dan kelaparan yang sedang berlangsung di Gaza.
Dunia Turun ke Jalan: Protes Massal Lawan Politik Kelaparan
Sepanjang pekan lalu, gelombang protes anti-genosida kembali mengguncang kota-kota besar dunia. Massa turun ke jalan menentang kebijakan kelaparan Israel terhadap warga Gaza, serta mengecam dukungan berkelanjutan dari Amerika Serikat terhadap perang pemusnahan yang telah berlangsung sejak 7 Oktober 2023.
Gaza saat ini menghadapi salah satu bencana kemanusiaan terburuk dalam sejarah modern. Blokade total sejak 2 Maret membuat pasokan makanan, air bersih, dan obat-obatan lenyap dari peredaran. Kelaparan akut menjangkiti anak-anak dan pasien, rumah sakit lumpuh, sementara angka kematian akibat kelaparan terus bertambah.
Lebih dari 204.000 warga Palestina gugur atau terluka, mayoritas dari mereka adalah perempuan dan anak-anak. Sekitar 9.000 lainnya dilaporkan hilang, dan ratusan ribu orang mengungsi dalam kondisi tak manusiawi, tanpa akses pangan, listrik, atau air bersih.