Spirit of Aqsa– Pembicaraan intensif yang digelar di Kairo antara delegasi Hamas dan tim mediator terkait gencatan senjata di Gaza dan pertukaran tahanan berakhir tanpa kesepakatan. Kedua pihak meninggalkan Kairo, sementara Hamas menegaskan kembali komitmennya pada kesepakatan yang sudah disepakati pada Juli lalu, yang merujuk pada pidato Presiden AS Joe Biden dan keputusan Dewan Keamanan PBB.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Minggu, anggota senior Hamas, Izzat al-Rishq, mengungkapkan bahwa delegasi Hamas telah meninggalkan Kairo setelah bertemu dengan mediator dari Mesir dan Qatar. Mereka menerima laporan hasil negosiasi terakhir dari para mediator tersebut.
Al-Rishq menekankan bahwa Hamas menuntut Israel untuk mematuhi kesepakatan yang dibuat pada 2 Juli lalu, yang didasarkan pada komitmen internasional melalui keputusan Dewan Keamanan PBB dan pidato Presiden Biden. “Kami siap untuk melaksanakan kesepakatan yang telah dicapai, asalkan memenuhi kepentingan utama rakyat kami,” ujarnya, seraya menekankan pentingnya memasukkan gencatan senjata permanen, penarikan penuh dari Gaza, serta kembalinya warga Palestina ke wilayah mereka.
Di pihak lain, penjajah Israhell juga telah mengakhiri negosiasi di Kairo dan kembali ke Tel Aviv. Laporan dari Israeli Broadcasting Authority menunjukkan bahwa perbedaan pendapat di dalam tim negosiasi Israel muncul akibat sikap keras Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang bersikeras untuk mempertahankan kehadiran militer Israel di Koridor Philadelphia, perbatasan Gaza-Mesir.
Sumber-sumber dari Ruters menyebutkan bahwa terdapat ketegangan antara Netanyahu dan tim negosiasinya terkait isu ini, sementara Duta Besar Israel untuk Amerika Serikat, Michael Herzog, menyatakan bahwa Israel telah menyetujui untuk mengurangi pasukan di Koridor Philadelphia, namun belum berkomitmen untuk mundur sepenuhnya.
Negosiasi ini turut dihadiri oleh perwakilan AS, termasuk Direktur CIA William Burns dan penasihat Gedung Putih untuk Timur Tengah, Brett McGurk, yang sebelumnya melakukan pertemuan dengan pejabat tinggi Mesir dan mediator dari Mesir serta Qatar.
Namun, harapan akan kesepakatan segera tampaknya surut, dengan pernyataan dari pejabat Hamas, Osama Hamdan, yang menuduh Israel kembali mengubah sikapnya dan menambahkan syarat baru yang tidak termasuk dalam kesepakatan awal. Hamdan menuding bahwa AS menciptakan “harapan palsu” untuk tujuan politik domestik mereka.
Sementara itu, Hamas tetap berpegang pada kesepakatan yang diumumkan oleh Presiden Biden pada 31 Mei, yang mencakup gencatan senjata selama enam minggu disertai penarikan pasukan Israel dari daerah padat penduduk di Gaza dan pembebasan tahanan Israel oleh Hamas. Tahap kedua dari kesepakatan ini diharapkan berujung pada penarikan penuh Israel dari Gaza.
Negosiasi yang digelar di Kairo ini merupakan upaya diplomatik internasional terbaru untuk menghentikan eskalasi kekerasan yang terus memburuk di Gaza. Tekanan internasional kian meningkat untuk segera menemukan solusi damai berdasarkan kerangka Dewan Keamanan PBB dan kesepakatan yang sudah dicapai sebelumnya.
Sumber: Al-Jazeera, Reuters, Palestinian Press