Spirit of Aqsa, Palestina- Zionis Israel marah-marah terkait pernyataan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang menegaskan Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) bukan organisasi teroris.
“Israel menolak keras kata-kata kasar Presiden Turki mengenai organisasi teroris Hamas. Bahkan upaya presiden Turki untuk membela organisasi teroris dan kata-katanya yang menghasut tidak akan mengubah kekejaman yang disaksikan oleh seluruh dunia,” tulis Jurubicara Kementerian Luar Negeri Israel, Lior Hayat, di platform X, Kamis (26/10).
Sementara, jurubicara tentara militer Israel, Daniel Hajary, mengatakan, apa yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober “lebih buruk dari terorisme.”
“Saya mendengar apa yang dikatakan Erdogan. Hamas lebih buruk daripada menjadi organisasi teroris. Mereka yang bertanggung jawab atas pembantaian tersebut ingin membunuh dan meneror, dan merupakan tugas kita untuk menunjukkan hal itu kepada dunia,” kata Hajary.
Dalam pidato di Parlemen Turki, Erdogan menegaskan Hamas bukan organisasi teroris, melainkan sebuah gerakan pembebasan dan sekelompok mujahidin yang berjuang untuk melindungi dan membebaskan tanah dan wilayahnya.
Menanggapi pernyataan Erdogan, Menteri Kebudayaan dan Olahraga Israel, Miki Zohar, menuduh Presiden Turki “mendukung terorisme”. Dia mengatakan dalam akunnya di situs X, “sudah waktunya untuk menghitung ulang jalannya hubungan kita dengan Turki.”
Hebrew Channel 12 mengatakan, Israel mengecam keras Erdogan, dan bahwa mereka “menolak dengan muak kata-kata kasar Presiden Turki. Hamas adalah organisasi teroris yang penuh kebencian dan lebih buruk daripada ISIS (Negara Islam)”. Namun, Israel tidak menghubungkan pernyataan-pernyataan tersebut dengan pihak mana pun di Israel.
Pernyataan Presiden Turki tidak hanya memprovokasi politisi Israel. Matteo Salvini, Wakil Perdana Menteri Italia, adalah orang pertama yang mengkritik dan menggambarkan pernyataan Erdogan sebagai “berbahaya dan menjijikkan.”
Pernyataan Erdogan muncul ketika pendudukan melanjutkan serangan intensifnya di Jalur Gaza selama 20 hari berturut-turut, yang menyebabkan kematian lebih dari 6.500 warga, termasuk 2.704 anak-anak, di bawah pengepungan yang menghalangi masuknya bahan bakar, makanan, dan makanan. dan air ke Jalur Gaza.