Spirit of Aqsa, Palestina- Perekonomian Israel sangat terpukul akibat perang melawan Hamas yang sudah berlangsung 4 bulan. Israel diperkirakan akan menerbitkan obligasi atau surat utang lagi tahun ini pada tingkat yang mendekati rekor baru.
Israel membutuhkan banyak uang untuk membiayai perang dan pertahanan. Sejak 7 Oktobe 2023, Israel sudah meminjam miliaran dolar AS untuk membiayai operasi militer ke Gaza. Seiring berlanjutnya perang, dampak yang harus ditanggung Israel terus bertambah.
Lembaga pemeringkat utang internasional yang berbasis di Amerika Serikat (AS), Moody’s, menaruh perhatian pada kondisi makroekonomi Israel dalam laporan terbarunya. Moody’s menurunkan peringkat kredit Israel untuk pertama kali.
Moody’s menurunkan peringkat utang Israel dari A1 menjadi A2 pekan lalu. Prospek peringkat kredit Israel diperkirakan tetap negatif jika konflik terus berlanjut. Moody’s blak-blakan menyebut, perang yang sedang berlangsung serta dampaknya yang lebih luas sebagai alasan utama menurunkan peringkat tersebut.
Bahkan, kondisi tersebut meningkatkan risiko melemahnya lembaga eksekutif dan legislatif Israel, selain kemampuan finansialnya. Laporan Moody’s juga mengungkap beban utang Israel akan lebih tinggi daripada perkiraan sebelum perang.
Lembaga tersebut memperkirakan rasio utang publik Israel terhadap produk domestik bruto (PDB) akan mencapai puncaknya sebesar 67 persen pada 2025.
Setelah penurunan peringkat tersebut, Israel diperkirakan tetap berada pada kategori “investment grade”, meski semakin sulit mendapatkan dana untuk membiayai perang. Lembaga pemeringkat uang lainnya yang berbasis di AS, Fitch Ratings, menempatkan Israel pada posisi negatif “A+” terkait risiko geopolitik akibat perang dengan pejuang Palestina. Defisit utang diperkirakan akan semakin meningkat.
Membengkaknya pengeluaran publik akibat serangan di Gaza menyebabkan Israel mengalami defisit pada 2023, meski anggarannya mengalami surplus sebesar 0,6 persen dari PDB 2022. Amir Yaron, gubernur bank sentral Israel, mendesak pemerintah untuk mematuhi disiplin fiskal serta menyeimbangkan pengeluaran dengan memangkas bidang-bidang yang tidak penting serta menaikkan pajak.