Spirit of Aqsa, Jalur Gaza- “Jika musuh ingin mengusir kami dari tanah kami, kami katakan kepadanya bahwa Allah berjanji kepada kami, bahwa kami akan menang dan membebaskan tanah kami, atau kami akan dikuburkan di tanah Palestina.”

Kalimat tersebut diungkapkan Dokter Iyad Shaqura, seorang apoteker yang bekerja di ruang gawat darurat selama pembantaian di Jalur Gaza. “Saya akan menguburkan anak-anak saya sekarang lalu melanjutkan pekerjaan saya.”

Dia sudah terbiasa melihat banyak korban luka dan syahid. Namun, ia kehilangan kesadaran pada Senin malam (6/11). Kala itu, dia mendapat kabar jenazah anak, ibu, dan beberapa kerabatnya ada di rumah sakit yang sama.

Shaqura (42 tahun) hanya manusia biasa. Dia tak bisa menahan kesedihan saat mengetahui anggota keluarganya menjadi korban pembantian di Khan Yunis, Jalur Gaza selatan. Pada Selasa pagi (7/11), dia memberikan pelukan terakhir untuk orang-orang tercintanya yang telah dibungkus kain kafan.

Dia menyebutkan nama-nama orang yang meninggal, satu demi satu, “Dalam serangan ini, saya kehilangan ibu saya Zainab Abu Dayyeh, saudara laki-laki saya Mahmoud dan Hussein Shaqqura, dan saudara perempuan saya Israa Shaqqura dengan kedua putranya Hussein dan Nabil, dan Saya kehilangan anak saya, saya kehilangan Abdul Rahman (7 tahun) dan Omar (5 tahun).”

“Saya punya lima anak, tapi dia favorit saya,” tambah Shaqura sambil menempelkan keningnya di kening Abdul Rahman yang berlumuran darah. Jenazah Abdul Rahman dan saudaranya ditempatkan dalam satu kain kafan.

Kendati begitu, dia tetap mengucapkan rasa syukur karena jenazah keluarganya masih utuh. Dia telah menyaksikan banyak jenazah tercabik-cabik dan tak bisa diidentifikasi. “Alhamdulillah. Kondisi mereka tidak lebih baik dibandingkan anak-anak pendahulu mereka di hadapan Allah.”

Shaqura berasal dari keluarga pengungsi Palestina yang terpaksa mengungsi setelah Nakba pada 1948. Saat ini, para pengungsi, bersama dengan keturunan mereka, mewakili sekitar 80% dari populasi Jalur Gaza yang berjumlah 2,2 juta orang, menurut angka yang dikeluarkan oleh Amerika.

“Jika musuh ingin mengusir kami dari tanah kami, kami katakan kepadanya bahwa Allah berjanji kepada kami, bahwa kami akan menang dan membebaskan tanah kami, atau kami akan dikuburkan di tanah Palestina.”

Shaqura lalu melaksanakan salat jenazah di halaman rumah sakit. Jenazah anggota keluarga dan anak-anaknya dibaringkan di depannya. Sejumlah kerabat dan rekan dokter berdiri di belakangnya untuk ikut shalat jenazah.

Jenazah dipindahkan ke “Pemakaman syuhada Khan Yunis” dekat rumah sakit untuk dimakamkan. Dalam perjalanan menuju pemakaman, Shaqura menggendong anaknya, Abdul Rahman, dan mencium kepalanya untuk terakhir kali, sambil berkata, “Saya akan menguburkan anak-anak saya sekarang dan saya akan melanjutkan pekerjaan saya.”

Sumber: Al Jazeera

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here