Program Pangan Dunia (WFP) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan pasokan pangan di Jalur Gaza yang disimpan lembaga itu hanya cukup untuk dua pekan.
Hal tersebut disampaikan pihak WFP pada Rabu (5/3/2025), usai Israel memblokade Gaza untuk menekan Hamas agar mau mengubah kesepakatan gencatan senjata.
Israel memblokade Gaza sejak pekan lalu dan melarang masuknya bantuan pangan, energi, dan obat-obatan bagi dua juta penduduk Palestina.
Israel menginginkan agar tahap pertama gencatan senjata yang berakhir pada 1 Maret 2025 diperpanjang.
Namun, Hamas menuntut Tel Aviv menjalankan kesepakatan dan membuka tahap kedua.
Kendati arus bantuan kemanusiaan sempat dibuka selama enam pekan, WFP mengaku pasokannya menipis karena memprioritaskan pangan yang didistribusikan langsung ke penduduk.
Lembaga pangan PBB itu juga mengungkapkan, pasokan bahan bakar yang mereka miliki hanya cukup untuk beberapa pekan.
Penduduk Palestina di Gaza melaporkan harga kebutuhan meroket usai Israel mengumumkan blokade. Pasalnya, warga berebut menimbun kebutuhan jika blokade berlanjut.
Selama perang Israel di Gaza yang berlangsung 16 bulan, mayoritas warga Gaza mengandalkan bantuan kemanuiaan.
Sebagian besar warga pun kehilangan tempat tinggal akibat pengeboman Israel.
Berbagai pihak menuduh Israel melakukan kejahatan perang dengan mencegah bantuan esensial masuk ke Gaza.
Pemerintahan Benjamin Netanyahu dinilai menggunakan kelaparan sebagai “senjata perang.”
Di lain sisi, warga Palestina di Gaza mengapresiasi keputusan yang dihasilkan KTT Arab di Kairo, Mesir pada Selasa (4/3) lalu.
KTT ini membuahkan komitmen negara-negara Arab untuk pembangunan kembali Gaza.
Negara-negara Arab pun menolak rencana Presiden AS Donald Trump dan Israel yang berencana mengusir penduduk Gaza dari kampung halamannya.
“Yang penting negara-negara Arab serius soal ini, tidak seperti ribuan kebijakan (lain) yang mereka ambil soal kami,” kata warga Gaza, Yasser Abed dikutip Associated Press, Rabu (5/3).