Spirit of Aqsa, Palestina- Musab Shtayyeh mengalami penganiayaah oleh penjajah Israel. Musab kini ditahan Israel setelah menjadi korban penangkapan penjajah Israel. Hal tersebut diungkapkan Mustafa Shatat, pengacara tahanan politik.
Hal tersebut terungkap setelah pesan Musab terungkap ke publik melalui Al Jazeera. Penganiayaan tersebut membuat kondisi kesehatan Musab semakin memburuk. Padahal, Musab sudah mendapatkan tuntutan pembebasan pada Oktober 2022 lalu.
Investigasi Aljazeera sebagai bagian dari program “Apa yang Tersembunyi Lebih Besar (maa khafiya a’dham)” pada malam hari Jumat, bocoran surat dari Shtayyeh, di mana dia mengeluhkan kondisi penyelidikan dan memburuknya kesehatannya, dan menuntut pembebasannya segera.
Dalam suratnya, Shtayyeh berbicara tentang kondisi penahanan yang sulit dihadapinya, dan keterkejutannya atas kematian rekannya di “Sarang Singa”, Wadih al-Houh, 4 hari setelah kematiannya.
Dalam suratnya, dia berkata, “Saya tidak tahu apakah surat saya ini akan sampai kepada Anda, atau apakah akan tetap terkurung di dalam tembok.”
Dia menambahkan, “Yang saya tahu adalah bahwa saya percaya pada kemenangan Allah dan kelegaannya yang segera, berharap permintaan Anda untuk melepaskan saya secepat mungkin akan tetap menjadi prioritas, dan saya memiliki keyakinan penuh pada Anda.”
Kamis lalu, pihak otoritas Palestina memindahkan tahanan politik yang dianiaya, Musab Shtayyeh, ke Penjara Betunia di Ramallah, setelah kondisi kesehatannya memburuk di Penjara Jericho.
Pihak berwenang telah menangkap Musab Shtayyeh dan rekannya, Dean Tubaila, selama 112 hari berturut-turut, meskipun ada keputusan pengadilan untuk membebaskannya.
Sebelumnya, Shtayyeh melakukan mogok makan dan minum air dengan sejumlah tahanan politik, meski kesehatannya memburuk.
Dalam konteks itu, kelompok “Pengacara untuk Keadilan” mengutuk penangkapan para aktivis oleh dinas keamanan Otoritas Palestina di Tepi Barat atas dasar kebebasan berpendapat dan berekspresi. Dinas Keamanan otorotas Palestina diminta untuk segera membebaskan aktivis Saqf al-Hait, yang ditangkap kemarin dari Nablus.
Saksi mata menyatakan bahwa petugas kepolisian yang melakukan penangkapan Saqf al-Hait memerintahkan anggota aparat untuk memukul dan mendobraknya sebelum mencapai pusat penahanan.
Aktivis Saqf al-Hait adalah salah satu teman martir Nizar Nabat, dan dia tidak berhenti sejenak menuntut agar para pembunuh diadili.
Pihak otoritas Palestina sebelumnya telah menangkap Muhammad Majdi Banat, saksi kedua dalam kasus pembunuhan Nizar Banat.
Di sisi lain, pihak otoritas Palestina membebaskan para tersangka pembunuhan Nizar Banat, yang mendorong keluarga tersebut untuk menempuh hukum internasional.
Aktivis memantau keberadaan sekitar 60 tahanan politik di penjara Otoritas Palestina di Tepi Barat yang diduduki, kebanyakan dari Nablus, Hebron dan Bethlehem.
Penangkapan tersebut tidak memiliki jaminan pengadilan yang adil, dan merupakan penahanan administratif yang melanggar Hukum Dasar Palestina serta konvensi dan perjanjian internasional.