Spirit of Aqsa, Palestina- Warga Palestina yang menjadi korban penangkapan penjajah Israel mengalami sejumlah diskriminasi. Mulai dari larangan komunikasi bersama keluarga sampai bentuk tindakan tak manusia lainnya.
Seperti yang terjadi pada Walid Daqqa, seorang warga Palestina yang tengah sakit di penjara Israel. Dia dilarang untuk sekadar berkomunikasi dengan keluarga. Dia telah melayangkan protes atas tindakan tersebut.
Walid mengembalikan obat ke administrasi penjara di klinik penjara Ramla. Hal itu sebagai protes atas perampasan haknya untuk berkomunikasi dengan keluarga.
Keluarga Daqqa sudah melayangkan protes atas tindakan tersebut. Mereka meminta agar penjajah Israel membebaskan Walid Daqqa. Itu karena pihak penjara Israel membuat “pengaturan komunikasi,” meskipun kondisi kesehatannya kritis.
Walid Daqqa masih menunggu keputusan pembebasan yang belum diputuskan oleh pengadilan penjajah Israel. Dia telah menyelesaikan hukuman seumur hidup 37 tahun yang tidak adil pada 24 Maret 2023. Tetapi, dia masih ditahan secara sewenang-wenang setelah menambahkan dua tahun hukumannya pada 2018.
“Kami, dalam keluarga dan kampanye pembebasan tahanan Walid Daqqa, menuntut tanggapan segera untuk memenuhi permintaan tahanan Walid Daqqa dengan menghubungi, jadi kami mempertimbangkan administrasi penjara penundaan pemenuhan hak ini sebagai kelanjutan dari keputusan mencelakai nyawanya dengan mendorongnya mengembalikan obat,” kata keluarga Walid dalam sebuah pernyataan.
Dan meminta badan dan otoritas lokal, regional dan internasional untuk segera turun tangan untuk menjamin hak-hak tahanan Walid Daqqa, termasuk hak untuk menghubungi keluarganya, sampai keputusan untuk membebaskannya diputuskan.