Spirit of Aqsa- Histadrut (serikat buruh Israel) menyerukan mogok massal setelah enam tawanan Israel tewas di Gaza. Para ahli menyebut seruan tersebut merupakan perubahan sosial Israel, yang menandakan pecahnya dukungan masyarakat Israel terhadap perang.

Histadrut mengumumkan pemogokan umum yang akan dimulai pada Senin (2/9/2024), dengan harapan gangguan besar yang akan ditimbulkan terhadap ekonomi Israel-termasuk di sektor perbankan, sistem kesehatan, dan Bandara Internasional Ben Gurion-akan menekan pemerintah untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas untuk membawa pulang sandera yang tersisa.

Dr. Muhannad Mustafa, seorang ahli dalam urusan Israel, menyatakan, ada pergeseran signifikan dalam sikap masyarakat Israel terhadap perang Gaza.

“Konsensus yang ada mengenai perang ini mulai retak, dan terjadi perpecahan mendalam di tengah masyarakat Israel. Perubahan ini bisa mengakibatkan kemunculan kembali perbedaan lama, seperti perpecahan antara kelompok kanan dan kiri.”

Dia menyebutkan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berusaha memperpanjang perang hingga pemilihan presiden AS meskipun gagal menyelesaikan semua masalah yang ada, seperti perang di Gaza, front utara, dan masalah tahanan.

Profesor Ilmu Politik Dr. Hassan Ayoub sepakat dengan pandangan Mustafa dan mengatakan, “Masyarakat Israel mulai menyadari bahwa kelanjutan agresi terhadap Gaza tidak memiliki landasan moral.” Dia menambahkan bahwa Israel mengalami ketidakpastian yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan krisis ini “membuktikan kelemahan beberapa komponen utama yang mendasari negara dan gerakan Zionis.”

Pernyataan Populisme

Mustafa menjelaskan pentingnya Histadrut dengan mengatakan, “Serikat ini bertanggung jawab atas sebagian besar pekerja dan pegawai di sektor publik Israel, termasuk perusahaan-perusahaan pemerintah dan dewan lokal.” Dia menambahkan bahwa pemogokan total berarti “melumpuhkan ekonomi Israel secara menyeluruh, termasuk transportasi umum dan layanan sehari-hari.”

Dia juga mencatat bahwa ancaman Menteri Keuangan Bezalel Smotrich terhadap para pekerja yang mogok dengan pemotongan gaji dianggap sebagai pernyataan populis. Mustafa menyebut Smotrich mencoba tampil sebagai pahlawan di hadapan pemilihnya dan bahkan menggambarkan ketua Histadrut sebagai pendukung Hamas.

Ayoub berpendapat bahwa “pemogokan serikat yang dianggap sebagai pilar berdirinya negara Zionis dapat mempengaruhi jalannya negosiasi.” Dia juga menyoroti bahwa “perlawanan masih memiliki kartu kuat dalam negosiasi, yaitu tahanan yang masih hidup.”

Mustafa mencatat bahwa “pemerintah AS mungkin melihat dalam protes ini kesempatan baru untuk memberikan tekanan lebih lanjut pada pemerintah Israel.”

Dia menambahkan bahwa keputusan pemerintah Israel untuk tetap berada di wilayah Rafah mungkin memiliki tujuan politik dan ideologis lebih dari sekadar keamanan dan militer. “Lembaga keamanan dan militer menegaskan bahwa Israel tidak perlu menguasai wilayah ini untuk menjaga kepentingan keamanan mereka.”

Sikap Perlawanan

Dalam menghadapi perkembangan ini, tampaknya ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi jalannya peristiwa di masa depan. Mustafa merangkum faktor-faktor ini dalam 3 poin utama: meningkatnya tekanan pada pemerintah Israel terkait masalah tahanan, meningkatnya kritik di dalam lembaga militer dan keamanan, serta tekanan internasional, terutama dari Amerika Serikat.

Terkait dengan sikap perlawanan Palestina, Ayoub berpendapat bahwa mereka masih memiliki kartu kekuatan dalam negosiasi. Meskipun kehilangan 6 tahanan, keberadaan tahanan yang masih hidup tetap menjadi tekanan kuat, dan berlanjutnya operasi di Gaza dan Tepi Barat memberikan tekanan tambahan pada pemerintah Israel.

Di sisi AS, Ayoub melihat bahwa pemerintah AS dalam posisi sulit. Di satu sisi, ada tekanan internal untuk mengurangi dukungannya terhadap Israel, terutama menjelang pemilihan presiden AS. Di sisi lain, mereka tidak ingin memberikan tekanan besar pada Israel karena pertimbangan internal.

Ayoub menekankan bahwa situasi saat ini “tidak bisa bertahan lama,” dan menambahkan bahwa pemerintah AS mungkin perlu kembali menjadi mediator dan memberikan tekanan secara konsisten untuk mencapai kesepakatan atau menghentikan perang.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here