Spirit of Aqsa, Palestina- Jalur Gaza terus menyaksikan pembantaian demi pembantaian yang dilakukan teroris Israel. Meski begitu, para murabith terus bertahan untuk mempertahankan tanah mereka dari penjajahan Israel. Konsekuensinya tidak ringan. Banyak ujian yang harus dilewati.
Lembaga internasional ActionAid melaporkan, warga Jalur Gaza saat ini terpaksa makan rumput untuk menghindari kelaparan di tengah serangan Militer Israel. Kondisi itu dipicu aksi teroris Israel yang terus menahan masuknya kiriman bantuan kepada masyarakat sipil Gaza, di tengah gempuran bom yang mereka luncurkan sejak 7 Oktober 2023.
“Masyarakat sangat putus asa sehingga mereka makan rumput dalam upaya terakhir untuk mencegah kelaparan,” kata Riham Jafari, koordinator advokasi dan komunikasi di ActionAid Palestine, dilansir Middle East Monitor.
Selain situasi kemanusiaan dan kurangnya makanan, air dan perawatan medis, penduduk Gaza yang telah berpindah lokasi pengungsian beberapa kali sejak 7 Oktober, sekarang berisiko dipaksa keluar dari tempat pengungsian.
ActionAid melaporkan hal itu karena tentara Israel akan memperluas serangan darat ke kota paling selatan Gaza, Rafah. Lebih dari 1,4 juta warga sipil Palestina sekarang tinggal di tenda-tenda darurat di wilayah itu.
“Tidak ada tempat tersisa bagi orang-orang di Gaza untuk melarikan diri. Lebih dari 85% dari 2,3 juta penduduknya terpaksa meninggalkan rumah mereka selama empat bulan terakhir, dengan banyak yang mengungsi beberapa kali,” tulis ActionAid dalam sebuah pernyataan.
“Gelombang besar orang yang tiba di Rafah telah memberikan tekanan besar pada infrastruktur dan sumber daya, namun orang-orang terus berdatangan dalam jumlah ribuan,” kata ActionAid
Kepadatan sangat ekstrem di kantong-kantong pengungsian, dengan ruang yang tersedia hanya ditutupi tenda. Beberapa di antaranya adalah tenda bagi 12 orang lebih. Ribuan orang hidup berdesakan di tempat penampungan yang semakin tidak sehat, karena ratusan orang berbagi untuk satu toilet.
ActionAid mencatat, setiap orang di Gaza sekarang kelaparan, dan orang-orang hanya memiliki 1,5 hingga 2 liter air yang tidak aman per hari untuk memenuhi semua kebutuhan mereka.
“Tanpa cukup makan dan tanpa pakaian yang memadai untuk cuaca dingin dan hujan, orang lebih rentan terhadap penyakit dan infeksi yang menyebar dengan cepat melalui populasi,” kata ActionAid.
Riham Jafari pun menentang dengan tegas rencana invasi darat militer Israel ke wilayah Rafah sambil terus meningkatkan serangan udara di wilayah itu, “akan benar-benar menjadi bencana… Ke mana penduduk Gaza yang kelelahan dan kelaparan seharusnya pergi?”.