Spirit of Aqsa, Palestina-  KTT Perdamaian Kairo mengenai situasi di Gaza berakhir tanpa ada hasil untuk keadilan dan kemanusiaan di Gaza. Mesir mengeluarkan pernyataan “marah” yang mengungkapkan kekecewaan atas kurangnya konsensus untuk menghentikan agresi terhadap Gaza.

Para pengamat percaya, kegagalan untuk menjembatani perbedaan besar di antara para peserta KTT membatalkan aspirasi Kairo untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh Presiden Abdel Fattah El-Sisi di balik penyelenggaraan KTT tersebut.

Tampaknya dari tingkat keterwakilan negara-negara Barat yang menghadiri KTT memang tidak terlalu menaruh perhatian terhadap acara tersebut. Itu karena KTT dihadiri oleh para menteri luar negeri, sementara Amerika Serikat merasa puas dengan mengirimkan Duta Besar Beth Jones. Pernyataan para pembicara selama KTT tersebut menggemakan pendapat negara-negara terkait, dan melipatgandakan kekecewaan terhadap kemungkinan mencapai konsensus.

Padahal, Mesir berharap KTT tersebut bisa mengevaluasi pendekatan internasional terkait isu Palestina. Tindakan politik bisa diambil untuk menciptakan perdamaian di Palestina. Mesir bahkan tegas mengatakan pembentukan negara Palestina merdeka di perbatasan pada Juni 1967 dengan Al-Quds Timur sebagai ibu kotanya.

Alasan Kurangnya Kompatibilitas

Mengutip Al Jazeera, tidak adanya pernyataan akhir dari KTT tersebut lantara negara-negara Arab menolak tekanan Eropa untuk mengecam tindakan Hamas sebagai teroris dan mengakui hak Israel membela diri.

Duta Besar Hani Khallaf, mantan Asisten Menteri Luar Negeri Mesir, menilai tidak adanya konsensus antara negara-negara peserta KTT Perdamaian Kairo merupakan hal yang wajar. Mengingat adanya perbedaan pendapat dari berbagai pihak dalam menangani krisis yang terjadi di Jalur Gaza saat ini.

Barat ingin negara-negara mendukung Israel dan menganggapnya hanya membela diri dengan mengebom Jalur Gaza. Di sisi lain, negara Arab menolak pernyataan tersebut. Negara Arab meminta Barat agar mau membujuk Benjamin Netanyahu agar menghentikan pembantaian di Gaza.

“Mesir akan berupaya untuk melunakkan posisi Amerika, membujuk Washington untuk kembali ke pendekatan sebelumnya dan menggunakan pengaruhnya untuk membujuk Benjamin Netanyahu agar menanggapi secara positif upaya gencatan senjata, mendukung upaya Mesir untuk melakukan gencatan senjata, dan mengizinkan masuknya bantuan ke Jalur Gaza,” tulis Al Jazeera.

Gamal Salama, profesor hubungan internasional di Universitas Terusan Suez, mengatakan, kegagalan KTT untuk menyepakati pernyataan akhir sudah diperkirakan, mengingat perbedaan posisi internasional. Barat membela Israel, sementara Arab membela Palestina.

“Banyak negara Barat yang sepenuhnya menganut narasi Israel, sehingga sulit untuk menghalangi mereka agar tidak melakukan hal tersebut (membela Israel),” kata Salama.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here