Di tengah meredanya suara ledakan dan serangan udara di Jalur Gaza, muncul kembali satu pertanyaan kemanusiaan yang mengguncang nurani: ke mana perginya ribuan warga Palestina yang hilang sejak awal agresi Israel? Hingga kini, nasib banyak dari mereka masih misterius, entah syahid di bawah reruntuhan, ditahan tanpa jejak oleh pasukan pendudukan, atau lenyap tanpa bekas.
Bagi keluarga para korban hilang, gencatan senjata membawa seberkas harapan, setidaknya untuk mengetahui apakah orang-orang yang mereka cintai masih hidup atau telah Syahid tanpa sempat dimakamkan secara layak.
Rangkaian Kisah yang Tak Pernah Dicatat
Kisah kehilangan itu hadir dalam ribuan bentuk. Salah satunya dialami Mohammed al-Jalous, warga Khan Younis. Kontaknya terputus dengan istri, tiga anak, dan cucunya pada 2 Maret 2024 saat mereka berada di rumah. Seorang warga melihat tentara Israel menggiring keluarganya ke dalam kendaraan militer. Sejak hari itu hingga sekarang, tak ada satu pun kabar.
“Kami sudah mencari ke semua lembaga hak asasi manusia, baik lokal maupun internasional. Tak ada jawaban. Saya hanya ingin tahu apakah keluarga saya masih hidup,” ujar al-Jalous kepada Al Jazeera.
Dokter yang Hilang Saat Bertugas
Kisah lain datang dari Alaa Muraj, yang sejak Maret lalu kehilangan ayahnya, dr. Ahmed (66), dan saudaranya Mohammed di dekat Kompleks Medis al-Shifa saat invasi Israel ke Gaza.
“Ayah sempat menelepon. Ia bilang tentara mengepung, rumah terbakar di dua lantai. Itu kalimat terakhirnya sebelum semua komunikasi terputus,” ungkapnya.
Ada informasi dari tahanan Palestina yang dibebaskan bahwa ayahnya terlihat di salah satu penjara Israel. Namun hingga kini lokasi dan kondisinya masih misterius.

Lebih dari 5.000 Orang Hilang
Menurut Rami Abdu, Direktur Pusat Palestina untuk Urusan Orang Hilang dan Korban Penghilangan Paksa, lebih dari 5.000 warga Gaza hilang, dan baru 1.300 kasus yang terverifikasi.
Abdu meyakini sebagian besar dari mereka masih terkubur di bawah reruntuhan, sementara sebagian lainnya mungkin dikuburkan tanpa identitas atau ditahan Israel secara rahasia.
“Ada bukti bahwa pasukan Israel membuat kuburan massal di beberapa lokasi,” ungkap Abdu.
Penghilangan Paksa yang Sistematis
Penghilangan tidak hanya menyasar warga sipil. Sejumlah pejuang perlawanan diyakini hilang di dalam terowongan, sementara ratusan warga lainnya ditahan tanpa informasi, bahkan tanpa daftar resmi tahanan, pelanggaran berat terhadap hukum internasional.
Pusat investigasi yang dipimpin Abdu kini menyiapkan data resmi untuk PBB, termasuk kerja sama dengan Kelompok Kerja PBB untuk Kasus Penghilangan Paksa.
ICRC: 7.000 Orang Masih Hilang
Menurut Komite Internasional Palang Merah (ICRC), sejak 7 Oktober 2023 mereka menerima lebih dari 11.000 laporan orang hilang. Sekitar 7.000 kasus masih belum terselesaikan.
Dengan gencatan senjata yang mulai berlaku, ICRC berharap kondisi akan lebih aman untuk melanjutkan pencarian dan menghubungkan kembali keluarga yang terpisah.
Harapan yang Masih Ada
Upaya pencarian kini semakin intensif. Sejak pekan lalu, Israel menyerahkan 150 jenazah warga Palestina ke Komite Palang Merah, namun tanpa daftar nama. Kementerian Kesehatan Gaza baru berhasil mengidentifikasi 25 di antaranya, sementara ratusan lainnya masih tak dikenal, banyak yang diduga mengalami penyiksaan.
Di Gaza, air mata para ibu belum kering, harapan belum padam. Bagi mereka, gencatan senjata bukan sekadar jeda perang, tetapi kesempatan terakhir untuk mencari kebenaran.