Di Jalur Gaza, tempat lebih dari 2,4 juta jiwa hidup di tepi jurang kematian karena kekurangan pangan, ancaman tak hanya datang dari perut kosong, tetapi juga dari “kebohongan visual”, narasi palsu yang direkayasa di atas puing-puing penderitaan mereka.
Saat roti, obat, dan air makin langka, Israel tidak menjadikan bantuan sebagai jawaban, melainkan propaganda. Sebuah kampanye media terkoordinasi diluncurkan bukan untuk menyelamatkan yang membutuhkan (melainkan untuk mengubah cerita. Arah tudingan diarahkan kepada lembaga kemanusiaan, PBB, dan Hamas) dituding mencuri dan menimbun bantuan kemanusiaan di bawah tanah.
Baru-baru ini, pengaruh asing pro-Israel diizinkan mengunjungi lokasi-lokasi tumpukan bantuan. Di sana, mereka merekam adegan yang disusun rapi (seolah-olah PBB menolak membagikan makanan) dan membebaskan Israel dari tanggung jawab atas penderitaan warga Gaza. Visual menarik itu menggambarkan Israel sebagai korban birokrasi internasional yang lamban.
Ini bukan sekadar pembelaan: ini pembentukan narasi sistematis yang sengaja menyingkirkan Israel dari layar berita. Siapa yang sesungguhnya memblokade bantuan? Siapa yang mengendalikan nasib, siapa yang dapat makan dan siapa yang menunggu mati di garis batas?
Kronologi Manipulasi Narasi
- 26 Juli: Israel mengumumkan izin masuk bantuan dan operasi udara bersama organisasi internasional, sambil menetapkan jalur khusus untuk konvoi PBB, dengan klaim hendak “menangkis tuduhan kelaparan disengaja.”
- Namun, dalam hitungan jam, platform media sosial dibanjiri video terkoordinasi yang menuduh PBB dan Hamas sebagai penyebab utama krisis, sementara Israel dibersihkan dari segala kesalahan.
Dukungan Narasi dari Militer
Juru bicara militer Israel juga memperkuat narasi itu: bukan Israel yang menghambat masuknya truk bantuan, melainkan “ketidakmampuan lembaga internasional” dalam menyalurkan bantuan ke warga Gaza.
Bukti Satelit
Gambar satelit dari 4, 22, dan 26 Juli menunjukkan tumpukan besar barang bantuan di area Karm Abu Salim, nyaris tanpa perubahan volume selama periode itu. Bukti visual ini memperkuat tuduhan bahwa bantuan hanya menumpuk, bukan sampai ke warga yang membutuhkannya.

“Gambar menunjukkan penumpukan bantuan kemanusiaan di dalam gudang pembongkaran di perlintasan Karam Abu Salem, yang diambil pada 4 Juli lalu.”

“Gambar menunjukkan penumpukan bantuan kemanusiaan di dalam gudang pembongkaran di perlintasan Karam Abu Salem pada 22 Juli ini.”

“Gambar menunjukkan penumpukan bantuan kemanusiaan di dalam gudang pembongkaran di perlintasan Karam Abu Salem pada 26 Juli ini.”
Figur di Balik Narasi
Beberapa tokoh ikut menyebar narasi ini:
- Bellamy Bellucci, aktivis yang merekam video menampilkan bantuan yang membusuk dan menuduh PBB dan Hamas sebagai penyebab stagnasi.

- Eilon Levy, mantan juru bicara pemerintah Israel, menyebut penumpukan bantuan sebagai “kegagalan tak termaafkan” dari PBB.
- Eitan Fischberger dan Arsen Ostrovsky, yang mengunggah footage bantuan skala besar dan menuduh PBB menyia-nyiakannya.
Sorotan utama juga tertuju pada Gaza Humanity Foundation, yang berpanggung sebagai alternatif distribusi dan mempropagandakan gagasan bahwa PBB-nya lah yang gagal, bukan Israel.
Dukungan Internasional terhadap narasi Israel
Beberapa tokoh Barat menyebarkan narasi ini melalui platform media:
- Mike Huckabee, mantan duta AS untuk Israel, mengecam PBB via Twitter, menyebut PBB-lah penyebab utama membusuknya bantuan.
- Andrew Fox dan Jonathan Sacerdoti dari Inggris juga mendukung versi ini usai kunjungan mereka ke perbatasan.
- Pat Condell bahkan menuduh PBB bekerjasama dengan Hamas dalam upaya memperpanjang penderitaan Gaza.
Analisis Jejaring: Kampanye Digital Terkonsolidasi
Tim pemantau “Sanad” melakukan analisis terhadap 7.000 tweet antara 24–26 Juli. Hasilnya menunjukkan jaringan terorganizir dengan akun penting seperti @IsraelMFA dan @Israel sebagai pusat penyebar—didukung influencer lainnya yang memperkuat narasi tersebut ke berbagai komunitas online.

“Bentuk pengelompokan komunitas-komunitas subkultur di dalam jaringan digital (Giphy).”

“Gambar yang menunjukkan distribusi komunitas-komunitas subkultur di dalam jaringan (Giphy).”

“Gambar yang menunjukkan akun-akun paling berpengaruh di dalam jaringan”
Bantahan PBB
UNRWA secara tegas membantah tuduhan tersebut:
- Sejak 2 Maret, mereka tidak pernah mengizinkan satu pun bantuan masuk ke Gaza akibat blokade Israel.
- Sekitar 6.000 truk bantuan menunggu izin di Mesir dan Yordania.
- Banyak bantuan sudah hampir kadaluwarsa, namun tak diizinkan masuk.
- UNRWA menegaskan bahwa bantuan membusuk bukan miliknya, Israel mengontrol perbatasan, akses, dan bahkan pergerakan bantuan di dalam Gaza.
Lebih dari 300 pekerja kemanusiaan UNRWA telah menjadi korban serangan, lembaga ini tidak bebas melakukan pergerakan.
Peringatan Akhir: Gaza di Ambang Kehancuran
PBB menyatakan Gaza telah melewati ambang kelaparan: konsumsi makanan dan kondisi nutrisi mencapai titik terbawah sejak perang dimulai.
Tom Fletcher, Wakil Sekjen PBB untuk Urusan Kemanusiaan, menyeru: “Kami punya rencana. Kami punya bantuan. Kami punya tim. Satu yang kami minta: izinkan kami masuk. Dunia menuntut. Biarkan kami bekerja.”