Spirit of Aqsa, Jakarta- Angkatan Udara penjajah Zionis Israel membombardir Jalur Gaza selama lima hari, mulai Selasa (9/5/2023) sampai Sabtu (14/5/2023). Peristiwa tersebut menyebabkan 33 warga Palestina syahid dan 100 lebih mengalami luka-luka.
Ketua Persatuan Ulama Palestina Diaspora, Syaikh Dr Ahed Abdul Atha, menjelaskan, serangan tersebut bermula sejak kematian Syaikh Khader Adnan pada Selasa pagi (2/5/2023). Syaikh Adnan melakukan mogok makan sebagai bentuk perlawanan terhadap penahanan administratif yang dilakukan penjajah zionis Israel.
“Serangan Israel ke Gaza tidak bisa dihindari kasus Syekh Khadr Adnan. Syekh Adnan syahid di penjara Israel karena mogok makan selama 86 hari. Dia adalah salah seorang tokoh dan pemimpin di Tepi Barat yang dizalimi dengan aturan tahanan administrative,” kata Dr Ahed di Tebet, Jakarta Selatan, Ahad (14/5/2023).
Dr Ahed menjelaskan, tahanan administratif adalah penahanan tanpa kasus pidana maupun perdata. Orang yang ditahan secara administratif langsung ditahan tanpa dakwaan, tanpa dihakimi, dan tidak ada pengacara.
“Penahanan ini menjadikan Syekh Khadr Adnan melawan dengan mogok makan. Mogok makan sudah dilakukan sudah lebih dari enam kali. Terakhir, beliau mogok makan sampai 86 hari. Beliau hanya minum dan makan garam selama 86 hari,” ujar Dr Ahed.
Syekh Adnan sudah 12 kali ditahan oleh penjajah Zionis Israel dan enam kali melakukan mogok makan pada 2012, 2015, dan 2018. Selama itu, permintaan Syekh Adnan dikabulkan. Namun, mogok makan yang ketujuh, Syekh Adnan dibiarkan sampai meninggal dunia.
“Enam kali mogok makan sebelum-sebelumnya, tuntutan beliau selalu dikabulkan oleh Israel. Karena di dunia internasional, Israel akan kena aib dan sanksi sosial secara internasional kalau sampai ada tahanannya meninggal gara-gara mogok makan dan sebabnya adalah penahanan administrative,” ujar Dr Ahed.
Tindakan Penjajah Zionis Israel membiarkan Syekh Adnan mogok makan sampai meninggal dunia mengundang reaksi dari kelompok Perlawanan di Jalur Gaza. Kelompok Perlawanan berniat memberi pelajaran kepada penjajah Zionis Israel atas kezaliman tersebut.
“Israel tidak mau lagi tunduk pada perlawanan mogok makan. Artinya, kalau ini dibiarkan besok-besok kalau ada tahanan mogok makan, maka tidak ada lagi efek, orang akan terbiasa, tidak ada efek mogok makan lagi,” tutur Dr Ahed.
Kelompok perlawanan di Jalur Gaza lalu menembakkan roket ke wilayah yang diduduki Israel. Namun, tembakan roket tersebut dibalas rentetan rudal. Awalnya, penjajah Zionis Israel hanya menarget rumah pimpinan Jihad Islam, kelompok perlawanan di Gaza.
Namun, pada Rabu (10/5/2023), rudal yang ditembakkan menyasar rumah warga sipil. Hal itu menyebabkan 33 warga sipil meninggal dunia. Dr Ahed mengatakan, penjajah Zionis Israel tak peduli rudal-rudal tersebut membunun warga sipil atau tokoh perlawanan.
“Pada 9 Mei 2023, zionis Israel mengirim rudal ke rumah warga sipil, bukan ke markas perlawanan, yang menyebabkan 3 tokoh perlawanan syahid dan anak-anak, Wanita. Ada 33 orang syahid,” ungkap Dr Ahed.
Lalu, kapan perang di Palestina akan berakhir? Dr Ahed menjelaskan, perjuangan rakyat Palestina akan berakhir sampai Palestina merdeka secara utuh. Artinya, penjajah Zionis Israel angkat kaki dari wilayah Palestina.
“Tentu saja Ketika Palestina mendapatkan kemerdekaan secara utuh. Kalua kita tidak bergerak, maka akan terjadi pembantaian dan kezaliman-kezaliman lain. Ini harus disikapi oleh rakyat Indonesia dengan sikap yang seharusnya,” ungkap Dr Ahed.