Spirit of Aqsa, Palestina- Raja Yordania, Abdullah II, menegaskan Yordania siap menghadapi konflik terbuka jika zionis Israel berani mengubah status Masjid Al-Aqsa di Al-Quds.

Hal itu diungkapkan Raja Abdullah II saat zionis Israel bakal memiliki ‘pemerinahan baru’ di bawah kepemimpinan eks PM Benjamin Netanyahu yang kembali memenangkan pemilu. ‘Pemerintahan Netanyahu saat ini digadang-gadang menjadi pemerintahan paling berhaluan kanan dalam sejarah zionis Israel.

Melansir CNN Indonesia, Raja Abdullah II merasa waswas terhadap niat sejumlah pihak di penjajah Israel yang ingin mendorong perubahan status Yordania sebagai wali atau penjaga sejumlah situs umat Muslim dan Kristen di Al-QudsTimur, termasuk Masjid Al-Aqsa.

Raja Abdullah II memperingatkan bahwa Yordania memiliki batas kesabaran merespons niat penjajah Israel itu.

“Jika orang ingin terlibat konflik dengan kami, kami cukup siap. Saya selalu percaya bahwa, mari kita lihat dari gelas setengah penuh, tetapi kami memiliki batasan tertentu dan jika orang ingin mendorong batasan itu, maka kami akan menghadapinya,” kata Raja Abdullah II.

Meski begitu, Raja Abdullah enggan menjabarkan respons seperti apa yang akan dilakukan jika penjajah Israel mengubah status kontrolnya terhadap Al-Quds.

Kebangkitan Netanyahu ke pucuk ‘pemerintahan’ Israel memang membuat khawatir cukup banyak pihak. Sebab, kabinet Netanyahu sekarang diisi oleh sejumlah tokoh kontroversial yang selama ini berhaluan ekstrem kanan.

Salah satu tokoh paling kontroversial yang masuk jajaran kabinet Netanyahu ialah Itamar Ben Gvir yang bakal didapuk sebagai Menteri Keamanan Nasional zionis Israel yang ikut mencakup urusan penegakan hukum di Al-Quds.

Di tingkat diplomasi, PM Yair Lapid menegaskan Israel mendukung pembentukan negara Palestina melalui solusi dua negara dalam pidatonya di Majelis Umum PBB September lalu. amun, belum sempat terealisasi, PM Yair Lapid sudah diganti Netanyahu yang memenangkan pemilihan umum pada awal November lalu.

Sementara itu, Netanyahu selama ini terkenal sebagai pemimpin zoinis Israel yang membenci Palestina. Dia bahkan pernah menganggap pembentukan negara Palestina sebuah kesalahan besar dan berbahaya bagi eksistensi zionis Israel.

“Kita harus khawatir tentang intifada (pemberontakan) berikutnya. Dan jika itu terjadi, itu adalah pelanggaran hukum dan ketertiban yang tidak akan diuntungkan Israel maupun Palestina,” ucap Raja Abdullah II, seperti dikutip CNN.

“Saya pikir ada banyak perhatian dari kita semua di wilayah ini, termasuk Israel yang berada di pihak ktia dalam masalah ini, untuk memastikan hal itu (intifada) tidak terjadi lagi,” ujarnya menambahkan. (Sumber: CNN)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here