Spirit of Aqsa, Palestina- Bahaya serius tengah mengancam Masjid Al-Aqsha. Penjajah Israel terus memobolisasi imigran gelap Yahudi ke kiblat pertama umat Islam tersebut. Itu hampir terjadi setiap hari. Mobilisasi tersebut merupakan bagian dari program yahudisasi Al-Aqsa yang sedang digencarkan zionis Israel.
Penjajah Israel mengklaim Masjid Al-Aqsa sebagai kuil Yahudi. Faktanya, klaim itu fiktif dan tidak berdasar sama sekali. Para ulama pun telah mengeluarkan seruan kepada seluruh umat Islam untuk membela kehormatan Masjid Al-Aqsa.
Membela Al-Aqsha adalah Kewajiban
Kepala Pusat Pembinaan Ulama di Mauritania, Sheikh Dr. Mohamed El-Hassan Ould El-Dado, mengatakan, peristiwa yang terjadi di Masjid Al-Aqsha semakin cepat. Zionis melakukan konspirasi atas masjid tersebut. Situasinya menjadi lebih sulit jika dibangdingkan beberapa tahun terakhir.
Dia menekankan, gerakan umat untuk mempertahankan Masjid Al-Aqsha adalah kewajiban agama dan tugas bagi setiap orang yang mampu. Terlebih orang-orang Palestina yang mampu, merupakan kewajiban bagi mereka untuk ddatang ke Masjid Al-Aqsha dan berjuang untuk mempertahankannya, serta melindungi tempat-tempat suci.
“Umat harus berdiri di belakang mereka dengan memberikan dana, memobilisasi dengan protes dan demonstrasi di kota-kota, dan bergerak dengan semua yang dimilikinya di bidang politik, ekonomi, kemanusiaan, hukum dan media,” kata Sheikh Mohamed, dikutip laman Palinfo, Rabu (9/11/2022).
Al-Dado meminta para ulama umat untuk menjelaskan pentingnya dan kesakralan Masjid Al-Aqsha. Itu agar mereka tidak tinggal diam atas situasi berbahaya ini, di mana pendudukan Zionis sedang berusaha untuk sepenuhnya melakukan yahudisasi Masjid al-Aqsha.
Al-Dado juga meminta para tokoh media untuk membuat opini publik tentang apa yang mengancam Masjid Al-Aqsha, dan bahaya yang sedang terjadi di dalamnya.
“Ini adalah kewajiban. Setiap orang yang mengabaikannya akan menderita bencana langsung di dunia ini, dan nanti pada qiamat, Allah akan meminta pertanggung jawabannya,” ujarnya.
Mengembalikan Al-Aqsha Sebagai Isu Utama
Sheikh Abd al-Hay Yusuf, Ketua Majlis Ulama Negara Sudan, mengatakan, “Musuh-musuh Allah berhasil menyibukkan umat ini sendiri, dan rakyatnya dikuasi sebagian tiran. Hal itulah yang mendorong rakyat untuk menarik diri dan menjadi sibuk dengan kegalauan mereka.”
Dia menekankan, Al-Aqsha harus dibawa kembali ke garis depan isu Arab dan Islam, dengan para ulama yang memainkan peran yang mereka inginkan dengan mengingatkan yang lalai, menjelaskan nash-nash tentang kesucian tanah dan keagungan tempat itu.
Para ulama harus menjelaskan bahwa membela Al-Aqsha adalah kewajiban individu, dan pengabaian para penguasa tidak berarti umat Islam mengabaikan dan melupakan masjid tersebut.
Yusuf mengatakan, umat Islam harus melakukan segala yang kita bisa untuk melindunginya. Para penulis dan pembuat opini harus takut kepada Allah dengan pena-pena mereka, agar mengingatkan orang-orang tentang Al-Aqsha, mengungkap mereka yang melakukan normalisasi dan menjadi kezionis-zionisan, dan mengingatkan para penguasa akan kewajiban mereka terhadap Masjid al-Aqsha.
Umat Islam juga harus mendukung kesiagaan warga al-Quds di Masjid al-Aqsha, menyantuni anak-anak yatim mereka, memberi makan mereka yang kelaparan dan meninggalkan kebaikan di keluarga mereka.
Dia menekankan, persoalan Al-Aqsha adalah induk dari semua persoalan. Alla Ta’alaakan menanyakannya kepada kita pada hari Qiyamat nanti.
Langkah Maju Yahudisasi
Dr Muhammad Ali Bayod, peneliti Aljazair dalam masalah Al-Quds, dia mengatakan, “Pada momentum hari-hari besar Ibrani, Zionis mulai merencanakan serangan yang meningkat dalam kuantitas dan kualitas. Jumlah para pemukim pendatang Yahudi yang menyerbu ke Masjid al-Aqsha meningkat, sampai mereka mempraktikkan beberapa ritual Talmud di dalam dan di sekitar Masjid Al-Aqsha, seperti sujud epik dan penyerbuan dengan mengenakan pakaian rabi.
Bayod menyatakan bahwa Zionis, dengan langkah-langkah ini, sedang bekerja untuk memajukan jalan membangun kuil yang mereka kalim di atas reruntuhan Masjid Al-Aqsha, dan sebuah langkah menuju pemaksaan pembagian masjid secara ruang dan waktu, seperti yang mereka lakukan di Masjid Ibrahimi di Hebron.
Dia menyerukan kepada umat ini untuk mengambil sikap yang serius dan tegah. Untuk melakukan apa yang harus dilakukan untuk melindungi Masjid Al-Aqsha, dan untuk membelanya dengan sekuat tenaga.
Normalisasi dan Berdampingan dengan Entitas Zionis
Dr Hassan Salman, Wakil Ketua Dewan Syura Majlis Ulama Eritrea, menegaskan, “Sayangnya, semua serangan Zionis yang terjadi akhir-akhir ini terjadi di tengah-tengah keheningan dan kebisuan negara-negara Arab dan Islam.”
“Dulu kita mendengar kecaman dan kutukan. Dan sekarang kita tidak mendengarnya laki. Bahkan kita berada dalam gelombang normalisasi besar dan upaya untuk hidup berdampingan dengan entitas Zionis ini,” kata Salman menlanjutkan.
Salah satu realitas buruk di Palestina adalah kriminalisasi terhadap pejuang Palestina. Namun, hal yang menyedihkan sebenarnya umat Islam yang ‘sakit’ dan melemah. Meski begitu, Salman yakin umat Islam tidak akan sampai mati.
“Setiap kali mereka berusaha mengepung umat ini, kekuatan-kekuatan perlawanan yang terkait dengan kebenaran lahir, dan kebenaran tidak mati,” ujar Salman.
Dia menekankan, Palestina adalah persoalan umat. Tidak bisa hilang karena keheningan dan kebisuan ini. Dia menyerukan kepada umat Islam dan kekuatan-kekuatan vitalnya untuk mengedepankan isu perlawanan, melindungi Al-Aqsha, dan tidak membiarkan entitas Zionis untuk memaksakan agendanya di dalamnya.
Kelemahan politik
Dr Abdul Hamid Al-Ani, juru bicara Majlis Ulama Negara Irak, mengatakan bahwa serangan ke Masjid Al-Aqsha telah meningkat dalam periode terakhir. Hal itu disebabkan oleh kelemahan politik yang sedang dialami negara Islam, yang tercermin dari perbedaan antara saudara di satu sisi, dan tenggelamnya beberapa negara dalam proyek normalisasi dengan Zionis. Hal ini tercermin di kancah Arab pada umumnya dan situasi Palestina pada khususnya.
“Tetapi dalam menghadapi kelemahan politik ini, kita menemukan kebangkitan kesadaran di seluruh umat. Dari sini, setelah kita berhatap kepada Allah, adalah pada umat ini. Tugas para ulama adalah meneguhkan umat ini. di jalan kebenaran dan mengarahkannya menuju arah yang seharusnya dilakukan melalui berbagai cara untuk mendapatkan kemenangan,” katanya.