Spirit of Aqsa, Palestina – Para rabi dan pemimpin imigran ilegal yahudi mengeluaran pengumuman terkait ritual persembahan kurban di dalam Masjid Al-Aqsa saat hari ‘Paskah Yahudi’. Acara tersebut bertepatan pada 15-20 Ramadhan 1443 H.
Terkait dengan niat ini, para pengamat memperingatkan akan skenario berbahaya yang kemungkinkan terkandung pada rencana pendudukan Israel terhadap Masjid al-Aqsha.
Realita berbahaya
Peneliti urusan Israel, Saeed Bisharat, memperingatkan akan realitas negatif dan rencana besar yang sedang dipersiapkan oleh pendudukan Israel terhadap Masjid al-Aqsha.
Bisharat memperingatkan bahwa gerakan-gerakan politik dan militer pendudukan Israel, peningkatan keadaan siaga, pengerahan lebih banyak tentara, dan pemberian izin kepada para pemukim pendatang Yahudi untuk membawa senjata, menunjukkan secara negatif apa yang akan terjadi dalam beberapa hari mendatang, terutama di al-Quds.
Bisharat meminta warga Palestina untuk berhati-hati dan melawan rencana pendudukan Israel dan pemukim pendatang Yahudi di Masjid al-Aqsha selama bulan Ramadhan.
Dia menjelaskan bahwa Tepi Barat akan lepas dari cengkeraman pendudukan Israel, dan peristiwa-peristiwa ini akan bergulir dalam beberapa hari mendatang, sementara pendudukan Israel tidak akan mampu menghadapi gelombang perlawanan yang meningkat di Tepi Barat.
Bom waktu
Peneliti Palestina Muhammad Allan, menegaskan bahwa “operasi pemecah gelombang” yang diluncurkan oleh pendudukan Israel untuk mengatasi gelombang aksi-aksi gerilya orang-orang Palestina, akan terbentur dengan konfrontasi-konfrontasi yang terjadi di dalam wilayah Palestina yang diduduki Israel sejak tahun 1948 (Palestina’48).
Dia menyatakan bahwa pendudukan Israel membuat opsi-opsi untuk semua skenario yang mungkin terjadi. Akan tetapi mereka dikejutkan oleh aksi-aksi sulit yang menimpanya dari wilayah Palestina’48, terutama di Hadera dan Beersheba.
Allan menegaskan bahwa aksi tersebut membuktikan kegagalan semua hambatan dan penghalang yang dibangun pendudukan Israel di sekitar Tepi Barat untuk mencegah terjadinya aksi kontra Israel.
Al-Aqsha dalam bahaya
Asosiasi permukiman Yahudi terus bekerja untuk menggalang dan memobilisasi anggota mereka untuk melakukan serangan besar di Masjid al-Aqsha yang diberkati dalam beberapa hari mendatang, hari-hari yang diselingi dengan lima momen dan hari besar bagi orang Yahudi.
Para pemukim pendatang Yahudi memanfaatkan perayaan yang disebut Sabtu Agung, hari Migrasi Tinggi, tujuh hari Paskah, hari puasa sulung, dan hari Hashwa, untuk melaksanakan rencana mereka di Masjid Al-Aqsha, terutama menggelar sesaji kurban di halaman masjid.
Menurut rencana Yahudi, serangan yang direncanakan terhadap Masjid al-Aqsha di bulan Ramadhan akan terjadi pada hari yang disebut Hari Migrasi Tinggi, yang jatuh pada 11 April 2022, dan dianggap sebagai bahan bakar untuk imigrasi Yahudi ke Palestina. Pendudukan Israel menggunakan itu untuk mengirim para pemukim pendatang Yahudi untuk menyerbu Masjid al-Aqsha
Pemimpin Yahudi dari kelompok ” Return to the Temple Mount”, Raphael Morris, juga mengumumkan bahwa dia akan mencoba menyerbu Masjid al-Aqsha pada tanggal 14 Ramadhan untuk menyembelih kurban “Paskah Yahudi”.
Para pemimpin pendudukan Israel khawatir bahwa bulan Ramadhan akan menjadi kesempatan bagi perlawanan Palestina untuk kembali ke garis depan, dan mengulangi kembali seperti yang terjadi pada pertempuran Saif al-Quds, pada Mei tahun lalu.
Disebutkan bahwa perlawanan Palestina pada Ramadhan lalu, bertempur dalam pertempuran Saif al-Quds melawan pendudukan Israel, sebagai reaksi dan respon terhadap proyek-proyek pendudukan Israel, dengan melakukan penyerbuan besar-besaran terhadap Masjid al-Aqsha serta melakukan pembersihan etnis di kampung Syaikh Jarrah.