Spirit of Aqsa, Jakarta – Pendiri Bidang Studi Baitul Maqdis dan Guru Besar Hubungan Internasional, Prof. Dr. Abd al-fattah Muhammad El-Awaisi Al-Maqdisi, mengungkapkan, Rasulullah SAW telah membuat roadmap (peta jalan) pembebasan Baitul Maqdis semasa masih hidup.

Itu tercermin saat Rasulullah mengutus pasukan Usamah bin Zaid ke Syam menjelang wafat. Jauh sebelum itu, beliau punya dua misi besar saat hijrah ke Madinah, yakni pembebasan Kota Mekkah dan Baitul Maqdis.

Sejarah mencatat, Mekkah berhasil dibebaskan saat baginda nabi masih hidup. Namun, Baitul Maqdis diwariskan kepada umatnya. Umar bin Khattab tercatat sebagai khalifah pertama yang membebaskan kota suci itu.

Setelah itu, muncul Salahuddin Al-Ayyubi yang membebaskan Baitul Maqdis dari pasukan salib. Lalu kini, Baitul Maqdis jatuh ke tangan penjajah Israel sejak 1948 M. Lalu, bagaimana cara membebaskan Baitul Maqdis dari Zionis Israel?

“Apakah kita lebih baik dari nabi, sehingga tidak mengikuti langkah nabi dalam membebaskan Baitul Maqdis?” kata Prof Abd Fattah di rumah Spirit of Aqsa (SoA), Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (2/3/2022).

“Umat Islam perlu mengadopsi sebuah gagasan yang menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW beralih dari tingkat pemikiran strategi ke level perencanaan strategi, dan beliau sendiri yang meletakkan rencana strategi dan roadmap politik dan geopoitik untuk membebaskan Baitul Maqdis,” lanjutnya.

Rencana tersebut berlandaskan pada tiga fondasi utama atau tiga tahap pelaksanaan, yakni tahap persiapan pengetahuan, tahap persiapan politik, dan tahap persiapan militer.

1. Persiapan Bangunan Pengetahuan

Persiapan pengetahuan berpusat pada proses pengokohan pemahaman terhadap istilah “Baitul Maqdis”, memberikan harapan pada jiwa sahabat dan fokus pada kabar gembira pembebasan Baitul Maqdis, menjadikan Baitul Maqdis sebagai bahan diskusi para sahabat, dan rutinitas Rasulullah membaca Surah Al-Isra setiap malam dan Al-Kahfi pada setiap Jumat.

Pada masa Rasulullah, persiapan pengetahuan ini sangat masif. Meski telah beranjak ke aktivitas politik dan militer, Rasulullah terus mengedukasi para sahabat tentang Baitul Maqdis.

Baitul Maqdis menjadi bayang-bayang hidup di alam pikiran dan imajinasi, hati, perasaan dan akal yang saling terhubung. Baitul Maqdis menjadi bahan pembicaraan para sahabat, sampai-sampai beberapa di antara mereka berkeinginan kuat untuk berkunjung ke Masjid Al-Aqsa.

Ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits turut memperkokoh bangunan keilmuan tentang Baitul Maqids, serta kedudukannya sebagai sumber harapan, keamanan, perubahan radikal, dan pusat inspirasi umat Islam.

Selain itu, kabar-kabar gembira Nabawi juga menguatkan umat Islam bahwa mereka akan membebaskan Baitul Maqdis. Demikian pula dijelaskan Baitul Maqdis tidak dibebaskan saat nabi masih hidup, tapi setelah wafat.

Dengan demikian, proses persiapan keilmuan dan pola bertahap dalam persiapan kian memperkokoh persiapan politik dan militer.

2. Persiapan Politik

Persiapan politik berpusat pada pelarangan para sahabat mengunjungi Masjid Al-Aqsa dalam keadaan terjajah. Rasulullah selalu mengajari para sahabat untuk bersabar dan tidak tergesa-gesa.

Persiapan politik ini juga tercermin melalui pemberian wakaf kepada sahabat mulia Tamim bin ‘Aus Ad-Dari dan surat Rasulullah kepada Raja Heraklius. Surat itu membawa pesan dakwah dan peringatan perang sebelum perang sesungguhnya dimulai.

“Sebagaimana hal itu telah makruf di kalangan spesialis bidang hubungan internasional dalam Islam,” kata Prof Abd al-Fattah.

Sejumlah riwayat menyebutkan, Heraklius tidak marah dan menjawab surat itu dengan sopan. Saat Heraklius meninggalkan Suriah menuju Konstantinopel, ia mengumpulkan petinggi Romawi dan menganjurkan untuk mengikuti ajaran Nabi Muhammad, serta memeluk Islam.

Saat para petinggi itu menolak, Heraklius kembali mengusulkan untuk membayar jizyah. Namun tawaran itu ditolak pula. Dia lalu mengusulkan perdamaian dengan umat Islam dan memberikan Surian bagian selatan dan timur, sementara Bizantium tetap menguasai selebihnya.

Tetapi, usulan itu juga ditolak para petinggi Romawi. Sehingga Heraklius memulai perjalanan mendekat Al-Darb lalu memandang ke arah utara Suriah dan berkata, “Selamat berpisah, negeri (utara) Suriah.” Dia lalu bergegas ke Konstantinopel.

Ini merupakan pelajaran penting. Saat umat Islam memiliki ilmu kuat terkait Baitul Maqdis dan strategi politik tinggi, musuh-musuh Islam pun bergetar dan ketakutan. Ini perlu dicontoh era saat ini, agar tidak gegabah dalam memperjuangkan kemerdekaan Baitul Maqdis dari penjajah Israel.

3. Persiapan Operasi Militer (Peperangan dan Mengutus Detasemen-Detasemen)

Setelah pesiapan ilmu dan politis telah kuat, umat Islam melanjutkan ke tahap pelaksanaan pembebasan Baitul Maqids. Saat Rasulullah masih hidup upaya militer membebaskan Baitul Maqdis.

Upaya-upaya itu merupakan strategi jitu untuk melemahkan mental musuh Islam. Beberapa peristiwa militer yang menjadi bagian strategi Rasulullah adalah peristiwa Dawmat Al-Jandal pada 5 H dan 6 H, peristiwa Hasmi di perbatasan Syam pada 6 atau 7 H, peristiwa Dzat Atlah di kawasan Balqa di antara Lembah al-Qur dan Madinah pada 8 H.

Ada pula pertempuran Mu’tah pada 5 Jumadil Awal 8 H, Dzat al-Salasil pada 8 H, Ekspedisi (Ghazwat) Tabuk pada 10 Rajab 9 H, ekspedisi terakhir Rasulullah dan pengutusan pasukan Usamah bin Zaid pada 26 Safar 11 H.

Setelah Rasulullah wafat, Abu Bakar sebagai khalifah sangat memahami strategi yang telah dibangun oleh baginda nabi. Upaya pertama yang dilakukan Abu Bakar adalah memerintahkan Pasukan Usamah bin Zaid terus bergerak ke arah Syam, meski kala itu tersiar kabar kematian Rasulullah.

Misi Usamah bin Zaid ini diikuti dengan misi pada 13 H di bawah kepemimpinan Khalid bin Sa’id, sebelum Abu Bakar menyiapkan misi utama membebaskan Baitul Maqdis.

Pada satu kesempatan, Abu Bakar juga mengirim surat kepada Khalid bin Walid untuk bergabung dengan pasukan umat Islam di Syam. Abu Bakar berkata, “Demi Allah, satu desa dari desa-desa di Baitul Maqdis yang Allah bebaskan melalui tanganmu, lebih aku sukai daripada kota-kota di Irak.”

Upaya-upaya militer Abu Bakar ini lalu dilanjutkan Umar bin Khattab. Kisah pembebasan Baitul Maqdis oleh Umar bin Khattab yang terjadi pada 16 H sanat masyhur. Umar hanya melanjutkan strategi Rasulullah dan Abu Bakar.

Baitul Maqdis sudah menjadi saksi bisu perjuangan umat Islam terdahulu. Kini, Baitul Maqdis jatu di tangan Zionis Israel. Tak perlu strategi baru. Strategi Rasulullah merupakan strategi paling jitu, yakni dimulai dengan persiapan ilmu tentang Baitul Maqdis, persiapan politik, dan persiapan militer.

Prof Abd Fattah mengatakan, ilmu pengetahuan menjadi pondasi asa dari piramida rencana strategi Rasulullah untuk membebaskan Baitul Maqdis. Strategi itu dipekuat dengan kerja-kerja politik dan militer.

“Dalam kesungguhan dan tekad kuat yang ditampakkan oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq dalam menyempurnakan penyelesaian rencana Rasulullah, yang kemudian buahnya dipetik oleh Umar bin Khattab,” ucap Prof Abd Fattah.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here