Spirit of Aqsa, Palestina – Serangan imigran ilegal yahudi semakin meningkat terhadap warga Palestina. Dalam perjalanan menuju ke tanahnya, Saeed Alyan Awad (49 tahun) dan istrinya diserang di dekat pemukiman ilegal, Mitzpe Yair.
Tanah Awad terletak di timur kota Yatta, selatan Hebron. Setiap Sabtu, dia dan keluarganya pergi ke sana dalam upaya untuk melindungi properti dan mencegah pemukim Israel memperluas pos terdepan mereka. Pada Rabu (10/3) lalu, salah seorang penyerang mematahkan rahang Awad dan istrinya menderita luka memar di kakinya. Sementara anak-anak mereka, berteriak di dalam mobil.
“Serangan terhadap keluarga saya berlangsung sekitar tujuh menit. Wajah saya berdarah dan saya kehilangan kesadaran selama beberapa menit. Saya menjalani operasi untuk memasang kembali rahang kiri saya dan menyembuhkan luka di wajah saya,” kata Awad.
Setelah diserang, beberapa orang datang untuk menyelamatkan Awad. Lalu para pemukim Israel mundur. Namun, mereka tidak ditahan oleh pasukan Israel. “Tentara seharusnya menangkap para pemukim tapi ternyata tidak meskipun sudah pasti mereka menyerang dan mencoba membunuh saya,” ujar dia.
Dia sudah melaporkan kejadian tersebut ke kantor polisi Israel di pemukiman Kiryat Arba’a walaupun dia tidak mengharapkan keadilan. Serangan itu adalah serangan terbaru dari rangkaian serangan yang meningkat terhadap warga Palestina oleh pemukim Israel yang berkeliaran di Tepi Barat.
Menurut kelompok hak asasi manusia Israel B’Tselem, 94 serangan kekerasan terjadi terhadap warga sipil Palestina antara 21 Desember 2020 sampai 13 Maret 2021. Angka ini tertinggi dan belum pernah terjadi sebelumnya. Kelompok itu menuduh pasukan keamanan Israel gagal menghentikan serangan dan mengatakan polisi Israel secara rutin menutup pengaduan kriminal yang diajukan oleh para korban tanpa ada yang dituntut.
Dilansir Aljazirah, Jumat (19/3), kenaikan jumlah kekerasan tampaknya dipicu setelah kematian Ahuvia Sandak (16 tahun) di pemukiman Bayt Hayen, Tepi Barat selatan. Dia meninggal ketika mobil yang dia tumpangi bersama empat orang Israel lain terbalik saat melarikan diri dari polisi Israel di timur Ramallah.
Mereka dikejar karena melemparkan batu ke kendaraan warga Palestina pada 21 Desember lalu. Menurut media Israel, Sandak termasuk dalam kelompok yang dikenal sebagai “Hilltop Youths\” yang dituduh menyerang warga Palestina dan harta benda mereka.
“Sejak kematian Sandak, serangan kekerasan pemukim terhadap warga Palestina terus berlanjut setiap hari. Rata-rata dua atau tiga serangan per hari,” kata Pejabat Palestina yang mengawasi permukiman di Provinsi Nablus, Ghassan Daghlas.
Dia mengatakan para pemukim juga telah memaksa penutupan jalan utama di kota Nablus, Tulkarem, dan Jenin, Tepi Barat. Kekerasan yang terjadi termasuk serangan fisik terhadap para gembala dan petani Palestina saat bekerja, menyerang rumah, dan menebar paku besi di jalan untuk merusak kendaraan.
Peneliti dari organisasi hak asasi manusia Israel Yesh Din, Munir Kadus menggambarkan serangan baru-baru ini sebagai peningkatan kekerasan yang belum pernah terjadi terhadap warga Palestina di seluruh Tepi Barat.
Antara 2005 sampai 2019, kelompok tersebut mencatat 1.293 tindakan kekerasan pemukim terhadap warga Palestina dengan hanya delapan persen investigasi yang mengarah ke tuntutan pidana.