Warga Gaza menghadapi kondisi kemanusiaan yang kian memburuk dalam beberapa hari terakhir, seiring banjir yang melanda kamp-kamp pengungsian dan kawasan permukiman luas akibat badai kutub Biron. Cuaca ekstrem yang berlangsung hampir sepekan itu memperparah krisis hunian dan perlindungan, terutama bagi ratusan ribu pengungsi yang bertahan di tenda-tenda darurat.
Di tengah derasnya dokumentasi visual tentang penderitaan warga dan meningkatnya solidaritas global (termasuk desakan agar Israel membuka akses masuk bagi perlengkapan hunian dan rumah prefabrikasi) sejumlah akun Israel justru melancarkan upaya tandingan.
Mereka berusaha menutupi realitas di lapangan dengan menyebut gambar dan video penderitaan warga Gaza sebagai rekayasa dan manipulasi.
Pemantauan yang dilakukan Sand Agency di jaringan Al Jazeera menemukan rangkaian unggahan dari akun-akun Israel yang menuduh warga Palestina menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk “menciptakan” adegan banjir demi meraih simpati internasional.
Tuduhan itu diarahkan untuk merusak kredibilitas dokumentasi visual dari Gaza dan mengalihkan perhatian publik global.
Upaya Membalik Fakta
Akun-akun tersebut menyebarkan video hasil generasi AI dan mengklaimnya sebagai konten yang diproduksi serta disebarkan oleh warga Palestina.
Beberapa menampilkan luapan air yang berlebihan, sebagian lain memperlihatkan anak-anak dan perempuan di bawah hujan ekstrem, bahkan ada yang menggambarkan anak-anak bermain salju, dengan kesalahan visual mencolok yang menunjukkan manipulasi digital.
Narasi yang dibangun bertujuan menimpakan tuduhan “pemalsuan” kepada korban.
Dengan menyebut video-video itu berasal dari “aktivis Palestina”, akun-akun tersebut lalu menyimpulkan bahwa seluruh dokumentasi banjir, khususnya yang menampilkan anak-anak dan pengungsi, merupakan hasil rekayasa AI.
Puluhan akun propaganda Israel turut mengamplifikasi konten tersebut lintas platform dalam sebuah kampanye terkoordinasi.
Tragedi kemanusiaan dipelintir menjadi bahan ejekan, sementara penderitaan nyata direduksi menjadi isu “misinformasi Palestina”, sebagaimana klaim mereka.
Upaya ini membangun narasi tandingan yang meragukan skala bencana, sekaligus menggeser simpati publik menjadi perdebatan soal keaslian visual, alih-alih fokus pada korban dan kebutuhan mendesak di lapangan. Kampanye serupa juga diikuti sejumlah akun Eropa yang dikenal berhaluan anti-Muslim, termasuk akun bernama Oli London.
Verifikasi Fakta
Penelusuran Sand Agency menunjukkan video-video yang dituding berasal dari Palestina justru pertama kali muncul dari akun-akun Israel itu sendiri. Tidak ditemukan unggahan serupa pada akun jurnalis atau media kredibel yang beroperasi di Gaza.
Temuan ini mengindikasikan pola disinformasi: memproduksi konten palsu berbasis AI, lalu menuduh korban sebagai pihak yang memalsukannya.
Tujuannya jelas, yakni mencabut legitimasi atas penderitaan yang benar-benar terjadi.
Bencana Nyata, Bukan Rekayasa
Kantor Media Pemerintah Gaza, pada 13 Desember, melaporkan kerugian awal sekitar 4 juta dolar AS akibat badai Biron. Dampaknya meluas ke sektor hunian, infrastruktur, dan layanan dasar.
Tim pertahanan sipil mengevakuasi 11 Syahid, sementara satu orang masih dinyatakan hilang akibat runtuhnya bangunan yang sebelumnya telah rusak oleh serangan Israel. Sedikitnya 13 rumah dilaporkan roboh di berbagai wilayah Gaza, seluruhnya merupakan bangunan yang sudah mengalami kerusakan akibat pemboman.
Badai tersebut juga menyebabkan lebih dari 27 ribu tenda pengungsi terendam atau hanyut. Secara keseluruhan, lebih dari 53 ribu tenda mengalami kerusakan total maupun sebagian, berdampak langsung pada lebih dari 250 ribu pengungsi dari sekitar 1,5 juta warga yang hidup di hunian darurat tanpa perlindungan memadai.
Sumber: Al Jazeera









