Jalur Gaza tengah menghadapi krisis kemanusiaan yang kian mendalam meski gencatan senjata antara Israel dan Hamas diberlakukan. Sekitar dua juta warga tetap hidup dalam tenda dan tempat penampungan sementara, menghadapi kondisi memprihatinkan di tengah puing dan reruntuhan yang belum tersapu.

Sistem air dan saluran pembuangan rusak parah, sampah menumpuk, sementara rumah sakit kehabisan pasokan medis dasar. Bantuan yang dijanjikan nyaris tak bisa masuk karena jalan-jalan masih diblokir oleh pasukan Israel.

“Israel terus mencegah masuknya bahan bakar,” ujar Wakil Kepala Pemerintahan Gaza, Alaa Al-Din, dikutip Xinhua, Selasa (2/12/2025). Ia menegaskan, pasokan yang tersedia hanya cukup untuk lima hari pasca gencatan senjata, mengancam keberlanjutan layanan dasar.

Akibatnya, pembersihan jalan, pengangkutan puing, dan bantuan bagi pengungsi terhenti. Al-Din mendesak pengiriman generator, panel tenaga surya, suku cadang, dan alat berat agar operasi kemanusiaan dapat berjalan.

Krisis juga melanda sektor kesehatan. Rumah sakit kekurangan obat, peralatan, dan staf medis. Relawan Bassam Zaqout menyebut, sistem kesehatan masih beroperasi dengan sumber daya terbatas, nyaris serupa saat perang berlangsung.

“Pembatasan Israel memperparah kekurangan obat-obatan, staf medis, dan peralatan laboratorium,” katanya. Layanan pengobatan mata bahkan terancam karena keterbatasan obat dan peralatan rusak.

Di sisi lain, lebih dari 10 ribu jenazah warga sipil masih terkubur di reruntuhan. Juru Bicara Otoritas Pertahanan Sipil Gaza, Mahmoud Basal, mendesak masuknya lebih banyak alat berat untuk mengevakuasi mayat-mayat tersebut.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here