Perang di Gaza belum benar-benar usai. Begitu pesan tegas jurnalis dan analis politik luar negeri, Simon Tisdall, dalam tulisannya di The Guardian. Menurutnya, perang ini tak akan berakhir sampai kebenaran terungkap dan keadilan ditegakkan.
“Genosida adalah kejahatan yang tak bisa dibiarkan tanpa pertanggungjawaban,” tulis Tisdall.
Meski gencatan senjata diberlakukan pada 10 Oktober lalu, serangan Israel masih terus terjadi, menewaskan puluhan warga dan melukai ratusan lainnya. Bagi Tisdall, fakta ini menunjukkan bahwa “perang belum berhenti, ia hanya berganti bentuk.”
Mereka yang Berdiam Diri
Tisdall menyoroti diamnya para pemimpin Eropa, Inggris, dan dunia Arab. Menurutnya, banyak yang memilih bungkam karena ingin “menutup lembaran memalukan keterlibatan mereka” dalam dua tahun genosida di Gaza, baik secara politik maupun moral.
Bahkan, rencana perdamaian Presiden AS Donald Trump dinilai tidak menyentuh akar persoalan. “Tidak ada mekanisme transparan untuk menyelidiki kejahatan yang dilakukan selama perang,” tulisnya.
Keadilan yang Ditunda
Tisdall menyerukan pertanggungjawaban bagi semua pihak yang terlibat dalam kejahatan perang. Ia mendesak agar Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant menyerahkan diri ke Mahkamah Pidana Internasional (ICC), yang telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap keduanya atas tuduhan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Namun, beberapa hari setelah gencatan senjata, Israel berupaya membatalkan surat penangkapan itu dan menekan agar investigasi dihentikan.
“Tel Aviv mencoba menggunakan momen damai untuk melarikan diri dari tanggung jawab atas dua tahun pembantaian,” tulis Tisdall.
Dunia Sudah Menilai
Bahkan tanpa keputusan pengadilan, “pengadilan opini publik internasional sudah berbicara,” tegas Tisdall. Dunia tahu bahwa militer Israel secara sadar dan sistematis melanggar hukum humaniter internasional, termasuk menargetkan warga sipil, jurnalis, dan tenaga medis.
Dampaknya, reputasi Israel di dunia internasional kini merosot tajam. Data dari European Palestinian Media Center (EPAL) menunjukkan lebih dari 45 ribu aksi solidaritas digelar di 25 negara Eropa, menandakan perubahan besar dalam opini publik benua itu.
Hanya Keadilan yang Bisa Menyembuhkan
Tisdall menutup tulisannya dengan peringatan keras, “Selama keadilan tidak ditegakkan, kekerasan hanya akan berulang.”
Ia mengingatkan bahwa pengalaman Rwanda dan Afrika Selatan membuktikan satu hal: keadilan transisional adalah satu-satunya jalan menuju perdamaian abadi.
“Penyelidikan independen bukan untuk membalas dendam,” tulisnya, “melainkan untuk mengembalikan kebenaran, dan mengakhiri siklus kekerasan yang lahir dari impunitas.”










