Tepi Barat yang diduduki kembali dilanda gelombang kekerasan pada Selasa (21/10), seiring berlanjutnya operasi penangkapan oleh pasukan Israel dan meningkatnya serangan bersenjata dari kelompok pemukim Yahudi. Juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan adanya “serangan brutal” yang dilakukan para pemukim terhadap warga Palestina.

Sumber-sumber lokal Palestina melaporkan, sedikitnya 15 warga Palestina diculik Selasa sejak dini hari dalam serangkaian penggerebekan di Tulkarem, Ramallah dan Al-Bireh, Jenin, Hebron, dan Nablus. Operasi itu melibatkan penggeledahan rumah-rumah warga, perusakan perabotan, serta penahanan sewenang-wenang.

Di Hebron, seorang pemuda Palestina dilaporkan terluka akibat peluru tajam saat pasukan Israel menyerang kota tersebut. Dalam operasi yang sama, tentara Israel menutup gedung administrasi milik Yayasan Amal Islam untuk Anak Yatim, menyita sejumlah komputer dan dokumen, serta melarang para pegawainya memasuki lokasi.

Abdul Karim Farah, penasihat hukum yayasan itu, mengatakan bahwa pintu utama gedung disegel dengan las oksigen tanpa dasar hukum yang jelas. Didirikan pada tahun 1961, yayasan ini termasuk salah satu lembaga sosial terbesar di Tepi Barat dan menaungi lebih dari 6.000 anak yatim melalui sekolah serta lembaga tahfiz Al-Qur’an.

Serangan Pemukim

Dalam waktu bersamaan, serangan oleh pemukim kembali meningkat. Di wilayah Wadi Ammar, dekat kota Turmusayya di utara Ramallah, sekelompok pemukim menyerang sebuah mobil milik warga Palestina. Di Wadi al-Jawaya, wilayah Masafer Yatta di selatan Hebron, pemukim lain membakar tenda-tenda milik warga.

Serangan serupa juga terjadi di permukiman ilegal Ma’on, di mana tiga tenda milik keluarga Palestina hangus terbakar sepenuhnya setelah diserang pemukim.

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mencatat sedikitnya 71 serangan pemukim terhadap warga dan properti Palestina hanya dalam sepekan terakhir. Laporan itu memperingatkan adanya eskalasi signifikan dalam kekerasan pemukim, terutama selama musim panen zaitun tahun ini, dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Di Nablus, pasukan Israel dilaporkan menggerebek kawasan timur kota, memicu bentrokan dengan warga Palestina. Aksi tembak-menembak dan penembakan gas air mata pecah di beberapa titik. Radio Voice of Palestine melaporkan bahwa sejumlah anak-anak ditahan di desa Talfit, dan hingga kini belum diketahui nasib mereka.

Militer Israel Sebut “Perang Belum Usai”

Kepala Staf Angkatan Darat Israel, Eyal Zamir, dalam kunjungan lapangan ke Komando Wilayah Tengah, menyatakan bahwa “pertempuran belum berakhir.” Ia mengakui masih ada “tantangan besar di semua front, terutama di Tepi Barat,” dan menegaskan pentingnya mempertahankan kesiapsiagaan militer untuk setiap kemungkinan eskalasi.

Penahanan dan Korban

Laporan lembaga-lembaga HAM menunjukkan, lebih dari 10.000 warga Palestina kini ditahan di penjara-penjara Israel, termasuk perempuan dan anak-anak. Para tahanan disebut mengalami kondisi penahanan yang keras, mencakup penelantaran medis, penyiksaan, dan perlakuan yang merendahkan martabat.

Sejak pecahnya perang Israel di Jalur Gaza pada 8 Oktober 2023, Tepi Barat mengalami lonjakan kekerasan militer dan serangan pemukim yang belum pernah terjadi sebelumnya. Menurut data Palestina dan PBB, lebih dari 1.057 warga Palestina gugur syahid, sekitar 10.000 lainnya terluka, dan lebih dari 20.000 orang ditangkap, termasuk 1.600 anak-anak.

Sumber: Al Jazeera

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here