Co-Director Palestine Institute for Public Diplomacy, Ines Abdel Razek, menilai situasi yang dialami rakyat Palestina saat ini sangat kompleks dan sarat paradoks. Meski gencatan senjata di Gaza disambut dengan rasa lega oleh banyak pihak, ia menegaskan bahwa perjuangan rakyat Palestina masih jauh dari selesai.
Razek mengatakan bahwa perasaan rakyat Palestina hari ini bercampur antara harapan dan kepedihan.
“Banyak rakyat Palestina merasakan campuran emosi hari ini,” ujarnya, dikutip dalam wawancaranya dengan Al Jazeera.
Ia menjelaskan bahwa ada kebahagiaan karena sejumlah tahanan Palestina kembali memeluk keluarga mereka setelah bertahun-tahun mendekam di penjara Israel. Di saat yang sama, masyarakat Gaza merayakan jeda pertempuran setelah dua tahun agresi militer yang menghancurkan wilayah itu.
Namun, di balik momen itu, Razek menilai dunia tengah menyaksikan ironi kemanusiaan yang suram.
“Kita hidup dalam realitas yang sangat distopia saat ini. Israel menepuk bahunya sendiri seolah pahlawan, sementara dunia merayakan para penjahat perang,” tegas Razek.
Ia menyebut Israel dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bertanggung jawab atas pertumpahan darah terhadap rakyat Palestina.
“Israel dan Netanyahu berlumuran darah,” katanya.
Razek menegaskan bahwa meskipun ada gencatan senjata sementara, pendudukan Israel atas tanah Palestina belum berakhir. Ia memperingatkan dunia agar tidak terjebak pada narasi yang menyamarkan fakta bahwa penjajahan masih berlangsung dan hak-hak rakyat Palestina terus dilanggar.