Pengamat politik Timur Tengah sekaligus dosen di Georgetown University, Khaled Elgindy, menilai rencana politik Donald Trump untuk Timur Tengah tidak memberi ruang adil bagi rakyat Palestina. Menurutnya, dokumen tersebut “sangat berpihak pada kepentingan, tuntutan, dan kekhawatiran Israel”.

“Tidak ada satu pun pihak Palestina yang dilibatkan dalam penyusunan rencana ini, dan itu terlihat jelas,” kata Elgindy, dikutip Al Jazeera. Ia menegaskan, selain menyerukan penghentian serangan Israel di Gaza, rencana tersebut “hampir tak memberikan apa pun bagi Palestina dalam hal masa depan politik yang jelas”.

Menurut Elgindy, dokumen itu menggambarkan bangsa Palestina seolah hanya objek yang boleh diperlakukan semena-mena, bukan sebagai subjek politik yang memiliki hak menentukan masa depan mereka sendiri.

“Rencana itu berbicara tentang Palestina sebagai pihak yang hanya menerima, bukan mitra yang diajak berunding,” ujarnya.

Meski demikian, Elgindy menilai peluang bagi Palestina belum sepenuhnya tertutup.

“Tidak ada satu pun poin dalam rencana ini yang bersifat mutlak atau seolah takdir yang tak bisa diubah,” ujarnya.

Ia menekankan, arah masa depan Palestina masih bisa diperjuangkan.

“Jika rakyat Palestina mampu bertindak secara bersatu, dan berkoordinasi dengan negara-negara Arab, mereka dapat membentuk realitas politik yang berbeda dari yang dipaksakan dalam rencana tersebut. Tetapi itu semua membutuhkan tingkat persatuan Palestina yang saat ini belum terwujud, meski mungkin situasi ini justru bisa memicunya.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here