Serangan udara dan artileri Israel kembali mengguncang Gaza, Rabu (8/10) dini hari. Gempuran itu menghantam berbagai titik di kota Gaza dan wilayah sekitarnya, sementara citra satelit terbaru mengungkap skala kehancuran yang luar biasa setelah dua tahun agresi tanpa henti.
Sumber-sumber Palestina melaporkan, pesawat tempur Israel menyerang kawasan timur Kota Gaza pada Selasa malam, disusul tembakan artileri yang menghantam distrik ad-Daraj dan asy-Syujaiyyah. Dari arah laut, kapal perang Israel juga melepaskan peluru ke wilayah barat kota.
Di bagian selatan Gaza, pasukan pendudukan meledakkan sejumlah bangunan tempat tinggal di kawasan as-Sabra menggunakan kendaraan bermuatan bahan peledak. Serangan brutal ini merupakan kelanjutan dari operasi darat “Kereta Gideon 2” yang dimulai pertengahan September, dan telah menimbulkan pembantaian besar serta mengusir ratusan ribu warga menuju bagian tengah dan selatan Jalur Gaza.
Meski intensitas serangan menurun seiring dimulainya pembahasan rencana perdamaian yang digagas Amerika Serikat, pasukan Israel masih menduduki wilayah yang mereka masuki di utara, barat, dan selatan kota Gaza.
Sementara itu, artileri Israel pagi ini kembali menembaki wilayah utara kamp Nuseirat dan desa al-Maghraqa di bagian tengah Gaza. Di Khan Younis, serangan udara menghantam area pusat kota, diiringi tembakan dari kendaraan lapis baja di bagian utara kota.
Menurut laporan kantor media pemerintah di Gaza, Israel terus melancarkan “pembantaian massal” meski telah ada seruan penghentian serangan selama empat hari berturut-turut. Dalam 24 jam terakhir, tercatat 230 serangan menghantam daerah padat penduduk dan kamp pengungsi, menewaskan sedikitnya 118 warga sipil.
Sumber rumah sakit melaporkan tambahan 11 warga Palestina gugur pada Selasa, termasuk mereka yang ditembak saat berusaha mendapatkan bantuan makanan.
Kementerian Kesehatan Gaza mencatat, sejak 7 Oktober 2023, jumlah korban agresi telah mencapai 67.173 syahid dan 169.780 luka-luka, menjadikannya salah satu bencana kemanusiaan terbesar abad ini.
Citra satelit yang dirilis NBC News memperlihatkan Gaza nyaris rata dengan tanah, stadion, taman kota, hingga tangki air utama hancur total. Wilayah al-Mawasi di utara Rafah kini berubah menjadi lautan tenda yang menampung ratusan ribu pengungsi, tanpa sanitasi dan infrastruktur layak.
Laporan itu juga menyebut, lahan pertanian telah digantikan oleh kamp-kamp pengungsi padat, sementara populasi Rafah melonjak hingga 1,4 juta jiwa, meski kini kota itu nyaris tak layak huni.
Banyak pihak menuduh, penghancuran besar-besaran ini bukan tanpa tujuan — melainkan bagian dari upaya Israel untuk memaksa warga Gaza keluar dari tanah mereka sendiri.
Sumber: Al Jazeera