Purnawirawan laksamana madya Israel, Eliezer Marom, menyerukan agar Tel Aviv menggunakan segala cara yang ada, termasuk langkah hukum internasional, untuk memastikan penyitaan atau penenggelaman kapal-kapal yang ditumpangi para aktivis pro-Gaza. Menurutnya, Israel memiliki “hak untuk membela diri dan kedaulatannya,” dan karena itu harus mengambil tindakan tegas demi menegakkan hak tersebut.
Eliezer Marom, perwira pensiunan itu, menuding armada baru yang sedang mendekati pantai Gaza hanyalah “armada kebencian lain” yang berusaha ditampilkan seolah-olah misi kemanusiaan. Ia mengeklaim armada itu didukung terutama oleh Ikhwanul Muslimin dan Hamas.
Marom juga mengkritik keputusan Italia dan Spanyol pekan lalu yang mengirim kapal perang untuk mengawal armada kemanusiaan tersebut. Menurutnya, langkah itu sangat berbahaya karena menunjukkan adanya “dukungan negara-negara Eropa bagi pelanggar hukum internasional yang mencoba menantang Israel.”
Ia mengingat kembali upaya awal memecah blokade Israel terhadap Gaza pada 2008, ketika kelompok “Free Gaza” mengorganisasi pelayaran antara Gaza dan Siprus. Saat itu, pemerintah Israel mengizinkan kapal berlayar meski ditentang militer. Namun pada akhir 2009, Israel menerapkan blokade laut penuh di sepanjang pesisir Gaza dan menahan setiap kapal yang mencoba menembusnya.
Marom juga mengulas peristiwa Mavi Marmara pada 2010, ketika enam kapal dipimpin oleh kapal Turki dengan 700 aktivis di atasnya. Menurut narasinya, organisasi IHH Turki—yang dituding terkait Hamas—bersama kelompok kiri radikal turut serta. Ia mengeklaim pasukan komando laut Israel Shayetet 13 menyerbu kapal itu setelah “diserang” dengan kapak, pisau, besi, bahkan senjata api. Serangan itu menewaskan 9 aktivis dan melukai puluhan lainnya.
Selama 15 tahun terakhir, fenomena armada solidaritas itu sempat meredup, namun kini kembali mencuat dengan sekitar 40 kapal kecil menuju Gaza. Meski jumlahnya besar dan dikawal kapal perang asing, Marom menegaskan bahwa Angkatan Laut Israel siap menghentikan mereka dan memastikan kapal-kapal itu “tidak akan sampai ke tujuan.”
Ia pun memperingatkan bahwa operasi kali ini berisiko tinggi, bisa menimbulkan korban jiwa maupun kerusakan. Karena itu, ia mendesak Israel menggunakan seluruh perangkat hukum untuk menyita atau bahkan menenggelamkan kapal yang membawa para aktivis, sekaligus memenjarakan sebagian dari mereka dalam waktu lama, meski menuai kecaman internasional. Menurutnya, langkah keras itu sah sebagai bagian dari “hak Israel membela diri dan kedaulatan.”
Sumber: Israel Hayom