Armada Sumud yang membawa misi kemanusiaan ke Gaza kini mendekati perairan internasional yang berbatasan dengan wilayah Yunani, tepatnya di sekitar Pulau Kreta, Selasa (22/9). Menurut laporan jurnalis Al Jazeera, sejumlah kapal dan perahu dari Yunani dijadwalkan bergabung sebelum armada berlayar bersama menuju perairan Palestina. Perjalanan ini diperkirakan tinggal enam hari lagi untuk mencapai Gaza.

Namun, sejak tiga malam terakhir, armada terus dibayangi oleh drone tak dikenal. Pihak penyelenggara meyakini kemunculan drone tersebut bukan kebetulan, melainkan bagian dari upaya sistematis untuk mengintimidasi dan mendiskreditkan misi kemanusiaan terbesar untuk Gaza.

Dewan Armada mengecam keras ancaman Israel terhadap misi ini, menegaskan bahwa tujuan mereka sepenuhnya sipil dan damai, serta sejalan dengan hukum internasional. Hak untuk menyalurkan bantuan lewat laut, tegas mereka, adalah hak sah yang tak bisa dibungkam.

Sebelumnya, dua kapal armada pernah menjadi sasaran serangan drone Israel saat sandar di Pelabuhan Sidi Bou Said, Tunisia. Meski bukti jelas mengarah pada Tel Aviv, Israel tetap memilih bungkam.

Kini, setelah 23 hari pelayaran, puluhan kapal yang mengangkut aktivis dari lebih 50 negara terus melaju, menjadikan ini misi laut terbesar dalam sejarah upaya menembus blokade Gaza. Misi ini lahir dari keputusasaan dan sekaligus harapan—sebuah jawaban moral atas kondisi Gaza yang tercekik kelaparan, di mana 440 jiwa telah syahid karena kebijakan blokade yang kejam.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here