Menteri Keamanan Nasional Israel yang dikenal ultraekstremis, Itamar Ben Gvir, kembali melontarkan ambisi kolonialnya. Pada Senin (15/9), dalam sebuah acara kepolisian, ia secara terbuka menyatakan keinginan untuk membangun kawasan perumahan khusus polisi di tepi pantai Gaza, tentu setelah wilayah itu sepenuhnya diduduki.
Ben Gvir, pemimpin partai Jewish Power yang berhaluan sayap kanan radikal, mengatakan ia berharap militer Israel “menyelesaikan tugasnya” dengan menduduki Gaza dan mendorong apa yang ia sebut sebagai “migrasi sukarela”, istilah yang sejatinya merujuk pada rencana pengusiran paksa warga Palestina.
Pernyataan itu disambut tepuk tangan audiens. Ia bahkan menyebut pantai Gaza sebagai lokasi “ideal” untuk membangun kompleks polisi, menurut laporan Channel 12 dan sejumlah media Israel.
Sejak awal, Ben Gvir adalah salah satu pendukung paling vokal atas perang genosida Israel di Gaza. Ia mendorong pendudukan kembali, pembangunan permukiman ilegal, dan pengusiran massal warga Palestina. Bahkan, ia menentang semua inisiatif gencatan senjata dan mengancam akan menjatuhkan pemerintahan Israel bila perang dihentikan.
Realitas di lapangan justru menunjukkan wajah paling kejam dari kebijakan yang ia dukung. Sejak 7 Oktober 2023, Israel (dengan dukungan Amerika Serikat) melancarkan pembantaian yang telah menyebabkan 64.871 warga Palestina syahid dan melukai 164.610 lainnya, mayoritas perempuan dan anak-anak. Di tengah kepungan dan blokade, kelaparan telah merenggut 422 jiwa, termasuk 145 anak.
Ambisi Ben Gvir hanyalah bagian dari proyek kolonial panjang: pendudukan Israel atas Palestina, Suriah, dan Lebanon yang berlangsung selama puluhan tahun. Israel menolak berhenti, menolak mundur, dan menolak berdirinya negara Palestina merdeka dengan Al-Quds Timur sebagai ibu kota, sesuai garis batas sebelum perang 1967.
Rencana Ben Gvir membangun kompleks polisi di Gaza bukan sekadar ilusi personal; ia mencerminkan obsesi rezim kolonial Israel untuk menghapus Palestina dari peta. Dan selama dunia diam, setiap ancaman itu perlahan berubah menjadi kenyataan di atas puing-puing Gaza.
Sumber: Anadolu Agency