Global Sumud Flotilla 2025 tetap berlayar menuju Gaza-Palestina. Konvoi akbar melalui Laut Mediterania menembus blokade Gaza untuk mengirimkan bantuan kemanusian itu tetap mengambil titik tolak pelayaran dari Tunisia pada Ahad (14/9/2025). Sampai Sabtu (13/9/2025) tercatat 33 kapal yang siap angkat jangkar serempak membawa sekitar 300an relawan dan aktivis kemanusian dari 44 negara.
Titik tolak pelayaran serempak dilakukan melalui tiga dermaga di pinggiran Tunis, yaitu Dermaga Bizerte, Sidi Bou Said, dan Dermaga Gammarth. Berdasarkan informasi yang dihimpun Republika di Tunisia dari data pelayaran, tercatat beberapa kapal yang menunggu di Pulau Catania yang masuk Perairan Italia.
Pada Sabtu (13/9/2025) malam waktu setempat, Steering Committe Global Sumud Flotilla pun sudah melakukan pemeriksaan terakhir kesiapan kapal-kapal. Adapun terkait manifestasi para peserta pelayaran dari 44 negara dalam status rahasia demi keamanan. Termasuk kerahasian kapten maupun kru kapal, serta tim medis.
Steering Committee Global Sumud Flotilla sempat mengabarkan beberapa permasalahan sebelum pelayaran serempak. Di antaranya, ketersediaan dan akses bahan bakar serta logistik para relawan dan aktivis yang turut berlayar.
Sampai Sabtu, otoritas di Tunisia telah memberikan akses pembelian terbatas bahan bakar untuk kapal-kapal armada Global Sumud Flotilla. Namun, terkait logistik, Steering Committee menyampaikan antusiasme maupun dukungan masyarakat Tunisia, yang turut berpartisipasi menyumbangkan air bersih maupun makanan perbekalan selama pelayaran.
Waktu tempuh pelayaran dari Tunisia menuju Perairan Gaza, Palestina diperkirakan antara sembilan sampai 12 hari. Beberapa tokoh kunci untuk misi pelayaran akbar tersebut masih berada di Tunisia. Mereka adalah Greta Thunberg, Thiago Avila, Jasmine Acar, maupun Mandla Mandela.Sementara 30-an delegasi dari Indonesia yang tergabung dalam Indonesia Global Peace Convoy (IGPC) yang merupakan bagian dari Global Sumud Nusantara pada Jumat (12/9/2025), mengumumkan menarik diri dari pelayaran akbar menembus blokade Gaza kali ini. Hal itu karena jadwal pelayaran sudah mundur berkali-kali dan akibat sabotase serangan drone Israel ke kapal.
Kapal Indonesia berlayar
Lima kapal milik delegasi Indonesia tetap berlayar. Ketua Koordinator IGPC Muhammad Husein mengatakan, delegasi Indonesia menarik diri dari misi kali ini dengan pertimbangan yang strategis.
Menurut dia, partisipasi para relawan dan aktivis internasional yang antusias mencapai 300 lebih, membuat jumlah kapal menjadi sangat kurang.
Oleh sebab itu, kata Husein, Steering Committee Global Sumud Flotilla melakukan banyak pemangkasan para peserta pelayaran. Peserta dari negara yang tidak memiliki sumbangsih armada, namun partisipasinya krusial mendapatkan prioritas untuk berlayar.
Indonesia dengan kapal-kapal yang dibeli oleh IGPC melalui donasi untuk Palestina memberikan kuotanya untuk para partisipan prioritas tersebut agar misi Global Sumud Flotilla tetap berlayar.
Sumbangsih kapal-kapal milik delegasi Indonesia itu demi memastikan misi menembus blokade Gaza tetap berjalan.
“Misi Global Sumud Flotilla menembus blokade Gaza ini bukan misi satu negara, tetapi misi banyak negara, dan misi bersama. Maka dari itu, kalau delegasi Indonesia itu menarik mundur, kembali ke Indonesia, bukan berarti kami meninggalkan misi ini. Tetapi kami menyempurnakan misi ini agar tetap berjalan,” kata Husein di sekitar dermaga Tunisia, Sabtu.
Husein sebagai tokoh sentral dari delegasi Indonesia untuk misi Global Sumud Flotilla, tetap akan tetap bertahan di Tunisia. Tujuannya agar pelayaran menembus blokade Gaza bisa terlaksana. Rencananya, Husein juga bakal tetap turut berlayar menggunakan kapal observer yang menjadi armada pengawas Global Sumud Flotilla menuju Gaza.
“Saya sendiri masih tetap berada di sini sampai misi ini selesai. Dan memastikan kapal-kapal dari penggalangan di Indonesia akan tetap berlayar untuk merealisasikan agar misi Global Sumud Flotilla ini tetap berjalan,” kata Husein.