Serangan Israel terhadap Kompleks Medis Nasser di Khan Younis, Gaza, kembali menegaskan pola kontradiktif yang sudah berulang: di satu sisi militer Israel memerintahkan warga sipil untuk mencari perlindungan di lokasi yang disebut “aman”, namun di sisi lain, justru lokasi itu menjadi sasaran bombardir.
Dr. Munir al-Bursh, Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Gaza, menuturkan kepada Al Jazeera bahwa Israel sebelumnya mengarahkan warga sipil menuju rumah sakit Nasser sebagai salah satu zona aman. “Lalu, bagaimana mungkin institusi medis yang ditetapkan sebagai tempat perlindungan justru dibombardir?” ujarnya, menyoroti kontradiksi serius ini.
Pola Serangan Ganda
Insiden di Nasser juga memperlihatkan pola serangan ganda yang semakin sering dilakukan: pertama, serangan awal menghantam tim pertahanan sipil yang berusaha mengevakuasi korban dan jurnalis di sekitar rumah sakit. Ketika tim tambahan datang untuk menolong rekan-rekannya, mereka justru terkena serangan kedua yang mematikan.
Adegan tersebut terekam kamera siaran langsung, memperlihatkan tubuh para petugas medis terlempar di dalam gedung rumah sakit. Visual yang menyebar luas ini memperkuat bukti bahwa Israel terus menargetkan tenaga medis, jurnalis, dan infrastruktur sipil yang seharusnya dilindungi hukum internasional.
Jurnalis Jadi Korban
Serangan hari Senin itu menyebabkan setidaknya 19 orang syahid, termasuk jurnalis dan tenaga media. Di antaranya:
- Mohammed Salama, juru kamera Al Jazeera
- Hossam al-Masri, juru kamera
- Maryam Abu Daqa, jurnalis
- Muaz Abu Taha, jurnalis
Selain itu, 15 warga Palestina lainnya gugur, dengan puluhan korban luka yang dirawat di fasilitas medis yang sama, yang baru saja menjadi sasaran rudal.
Serangan Terarah
Sumber lokal menyebutkan serangan pertama menghantam lantai empat Rumah Sakit Nasser. Tidak lama kemudian, sebuah drone menyerang gedung lain di dalam kompleks yang digunakan untuk mengevakuasi korban dari serangan awal. Pola serangan berulang di titik yang sama ini menunjukkan adanya niat untuk memaksimalkan korban, bukan sekadar “kerugian sampingan” seperti klaim yang kerap dilontarkan Israel.