Sejumlah warga Palestina kembali syahid dan terluka akibat serangan udara serta tembakan artileri Israel yang menggempur berbagai wilayah Gaza sejak Selasa (19/8) dini hari. Dalam waktu yang sama, ribuan warga terpaksa meninggalkan Kota Gaza karena khawatir invasi darat Israel semakin dekat.
Sumber medis di RS Syuhada Al-Aqsa melaporkan lima warga syahid akibat tembakan Israel di timur Deir al-Balah, Jalur Gaza bagian tengah. Media lokal juga mencatat sejumlah korban luka akibat bombardir artileri di sekitar Abu Syariah, kawasan Sabra, selatan Kota Gaza.
Di utara, pasukan Israel menembaki Jabalia al-Balad dengan artileri, sementara jet tempur Israel melancarkan tiga serangan ke lingkungan Al-Amal, barat laut Khan Younis. RS Kuwait di Khan Younis mengumumkan seorang anak perempuan syahid dan beberapa lainnya luka-luka setelah tenda pengungsi di kawasan Mawasi dibom.
Sehari sebelumnya, rumah sakit-rumah sakit di Gaza melaporkan 30 warga syahid akibat serangan Israel, termasuk 16 di antaranya yang sedang menunggu bantuan kemanusiaan.
Kementerian Kesehatan Gaza menegaskan korban syahid akibat kelaparan terus bertambah. Dalam 24 jam terakhir, lima orang —termasuk dua anak— meninggal dunia karena kelaparan dan malnutrisi. Hingga kini total korban jiwa akibat kelaparan telah mencapai 263 orang, termasuk 112 anak.
Gelombang Pengungsian Baru
Reuters melaporkan ribuan warga di wilayah timur Kota Gaza meninggalkan rumah mereka menuju bagian barat dan selatan menyusul bombardir Israel yang tiada henti selama lebih dari sepekan.
Rencana Israel menguasai penuh Kota Gaza memicu kecemasan global, bahkan juga gejolak di dalam negeri. Puluhan ribu warga Israel turun ke jalan dalam demonstrasi terbesar sejak perang dimulai, menuntut gencatan senjata dan pertukaran tawanan.
Jika serangan darat Israel berlanjut, ratusan ribu warga Gaza diperkirakan akan kembali mengungsi, setelah sebelumnya berkali-kali terusir dari rumah mereka sepanjang agresi.
Rencana perebutan Kota Gaza disebut sebagai bagian dari strategi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang kini berstatus buronan internasional. Meskipun ada perbedaan tajam antara militer dan elit politik Israel, operasi ini tetap dijalankan dengan dukungan penuh Amerika Serikat.
Sejak 7 Oktober 2023, agresi Israel di Gaza berubah menjadi genosida: pembantaian, kelaparan, penghancuran massal, dan pengusiran paksa, mengabaikan semua seruan internasional maupun putusan Mahkamah Internasional.
Data terbaru menunjukkan genosida ini telah menelan 62.004 syuhada, melukai 156.230 orang, meninggalkan lebih dari 10 ribu orang hilang, memaksa ratusan ribu warga terusir, dan menjerumuskan Gaza ke dalam kelaparan buatan yang telah merenggut ratusan nyawa anak-anak.
Sumber: Al Jazeera