Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, menyatakan keprihatinan mendalam atas keruntuhan cepat kondisi kemanusiaan di Jalur Gaza. “Satu-satunya urat nadi yang membuat warga tetap hidup kini nyaris runtuh,” ungkapnya lewat juru bicara resminya, Stéphane Dujarric, Senin (21/7).
Guterres menyayangkan semakin banyaknya laporan yang menggambarkan penderitaan anak-anak dan warga sipil akibat kelaparan akut dan gizi buruk. Ia menegaskan bahwa Israel wajib memfasilitasi dan tidak menghalangi distribusi bantuan kemanusiaan oleh PBB dan lembaga kemanusiaan lainnya—dengan segala cara yang tersedia.
Di tengah meningkatnya peringatan internasional soal bahaya kelaparan massal di Gaza, laporan dari PBB dan media menunjukkan kenyataan yang lebih kelam: rakyat Gaza kini nyaris tidak memiliki akses makanan. Anak-anak, perempuan, dan lansia kerap ditemukan pingsan di jalanan atau roboh di depan pusat distribusi bantuan. Bahan pokok langka, dan distribusi bantuan dihambat ketat.
Sejak 7 Oktober 2023, Israel menggencarkan perang genosida di Gaza. Hingga kini, serangan itu telah menewaskan dan melukai sekitar 200 ribu warga Palestina—mayoritas adalah anak-anak dan perempuan. Lebih dari 9.000 orang masih hilang, sementara ratusan ribu lainnya terusir dari tempat tinggal. Di tengah reruntuhan dan blokade, kelaparan telah merenggut nyawa banyak jiwa—termasuk anak-anak.